TEMPO Interaktif, Cimahi -Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi berencana menjadikan Desa Cireundu, Kelurahan Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat sebagai kawasan ragam pangan alternatif.
Menurut Bayu, meski hanya pedesaan terpencil, namun kawasan itu tidak pernah sekalipun mengalami krisis pangan. "Ini cukup mengagumkan karena masyarakat desa ini, seumur hidup mereka tidak pernah memakan nasi. Mereka hidup dengan singkong sebagai makanan pokok mereka," ungkap Bayu, Senin (5/4).
Sehingga, lanjut dia, mereka tidak terganggu harga beras nasional, yang sangat fluktuatif karena ketergantungan rakyat Indonesia terhadap beras. Belum lagi jika terjadi bencana di daerah seperti kekeringan atau kebanjiran yang mengakibatkan kegagalan panen.
"Hal itu tidak pernah menjadi kekhawatiran kami, warga kampung Cireundeu," ujar pemuka Desa Cireundeu, Asep Abbas kepada Tempo. Menurutnya, tipis atau banyaknya pasokan beras nasional tidak akan mempengaruhi ketahanan pangan warganya.
Desa yang dihuni sekitar 300 kepala keluarga itu pun pada 1967 pernah dianugerahi sebagai desa pahlawan pangan. "Saat itu masa revolusi dan pemerintah gencar memberantas pemberontakan PKI. Kala itu beras sangat langka bahkan masyarakat ada yang makan bulgur karena kelaparan. Kami saat itu menjadi pemasok beras singkong, yang sudah turun temurun kami produksi, bagi masyarakat sekitar sehingga kawasan sekitar desa kami bebas kelaparan," ungkapnya.
Meski Asep tidak mengimbau masyarakat agar beralih pangan dari beras ke singkong, namun dia mengatakan bahwa ketimbang padi, manfaat singkong lebih baik. "Warga disini sehat, kuat, dan cerdas, mampu berprestasi dalam bidang olahraga. Dari segi pendidikan, banyak anak kami yang kuliah ke luar daerah, sukses namun tetap makan singkong," paparnya.
Bicara soal kesehatan, Bayu setuju bila singkong baik bagi penderita diabetes. Pasalnya singkong memiliki kadar gula lebih rendah dari padi. "Ini adalah kearifan pangan lokal yang patut dicontoh," ungkap Bayu.
ANGIOLA HARRY