Bedug Masjid Tetap Diminati Meski Pengeras Suara Sudah Ada
Minggu, 4 April 2010 13:18 WIB
TEMPO Interaktif, Kudus - Permintaan pasar beduk untuk panggilan salat di masjid ternyata masih tinggi, meski sudah ada alat elektronika seperti pengeras suara. “Satu bulannya saya masih menjual rata- rata 15 unit berbagai ukuran,” ucap Sugiyarto, perajin Istana Beduk asal Desa Kedungsari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, ditemui Minggu (4/4).
Dalam kebanyakan masjid yang dikelola kaum nahdliyin, fungsi beduk masih difungsikan sebagai alat panggilan salat ditabuh menjelang azan lewat pengeras suara.
Harga beduk beragam, mulai Rp 7 juta (diameter 40 cm ) hingga Rp 30 juta (diameter 140 cm). “Yang digunakan kayu utuh,” ujar Sugiyarto, yang mempekerjakan 15 orang karyawan. Kalau beduk dengan kayu susun ukuran kecil hanya berkisar Rp 5 juta.
Bahan baku yang digunakan kayu Meh atau Trembesi ( samanea saman), dan untuk mendapatkan kayu jenis ini cukup sulit. “Saya mencarinya sampai ke Blora, Wonogiri dan Yogya,” ujar Sugiyarto. Harga kayu glondongan sudah mahal, untuk ukuran satu meter Rp 4 juta dan ukuran 1,20 meter mencapai Rp 12,5 juta.
Para pemesannya tidak hanya dari Kudus, tapi dari berbagai kota seperti Tuban, Gresik, Pasuruhan, dan Sidoharjo. Sugiyarto merupakan pemain pertama usaha dibidang kerajinan beduk, sebagai penerus orangtuanya Muslich, yang sudah terjun usaha itu sejak 20 tahun. “Untuk mengerjakan beduk dibutuhkan ketekunan dan ketelitian,” ujar Mardi, seorang pekerja, yang diupah Rp 20 ribu sehari. Sebab untuk membuat beduk kayu utuh, harus dilubang dengan peralatan tatah besi. “Lama pembuatan sekitar satu bulan,” ujar Mardi.
BANDELAN