TEMPO Interaktif, Kupang - Provinsi NTT saat ini mengalami krisis listrik, sehingga sering terjadi pemadaman bergilir dan pemadaman mendadak. "Krisis listrik yang terjadi di NTT, karena daya tampung mesin PLN tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat di daerah itu," kata juru bicara PLN NTT Paul Bolla ketika dihubungi Tempo di Kupang, hari ini.
Menurut Paul, PLN saat ini sedang melakukan pemeliharaan terhadap beberapa mesin pembangkit. "Mesin tersebut sudah waktunya menjalani masa pemeliharaan," ujarnya. Selain itu, lanjut Paul, pemakaian listrik mengalami peningkatan akibat perubahan cuaca. Kenaikannya mencapai lima mega. "Kondisi saat ini sangat panas, sehingga kebanyakan masyarakat menggunakan alat pendingin, seperti AC," kata Paul.
Padahal sebelumnya, kata Paul, kebutuhan listrik hanya 26 mega, namun saat ini mencapai 31 mega. PLN kesulitan mengatasi kebutuhan listrik masyarakat. "Normal saja, daya listrik yang digunakan pas-pasan, apalagi mengalami peningkatan," katanya.
Akibatnya, PLN masih mengalami defisit listrik, sehingga PLN berupaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan menyewa mesin. "Jangka pendeknya, kita menyewa mesin untuk mengatasi pemadaman bergilir," katanya.
Jangka panjangnya, lanjut Paul, PLN sedang membangun beberapa unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di sejumlah daerah, seperti di Bolok, Kabupaten Kupang dengan kapasitas 2x16 mega, PLTU Ropa, Kabupaten Ende kapasitas 2x7 mega dan Atambua, Kabupaten Belu kapasitas 4x6 mega. "Dengan dibangunnya tiga PLTU tersebut, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk masyarakat di NTT," ujar Paul.
Pemdaman listrik mendadak di Kota Kupang, NTT cukup meresahkan warga setempat, karena pemadaman bergilir itu dilakukan tanpa pemberitahuan. "Kami sangat sesalkan pemadaman listrik secara mendadak ini," kata Agustina, warga Kota Kupang kepada Tempo.
YOHANES SEO