TEMPO Interaktif, Jakarta:Aksi peledakan bom di gedung Bhayangkari Markas Besar Polri hari ini merupakan upaya memperolok aparat kepolisian. Hal ini dikemukakan pengamat intelijen, Soeripto, saat dihubungi Tempo News Room, Senin (3/2) sore. Ini kerjaan orang iseng yang ingin menunjukkan bahwa polisi yang selama ini disibukkan dengan mengejar pelaku pengeboman tapi di markasnya sendiri kok bisa dibom, kata mantan Sekjen Departemen Kehutanan ini. Soeripto juga mengatakan bahwa kemungkinan keterlibatan teroris dalam aksi pengeboman tersebut sangat kecil. Hal ini disebabkan jenis bom yang meledak tersebut termasuk low explotion (lemah). Aksi teroris umumnya memakai jenis bom high explition seperti kasus Atrium, Cilandak dan Bali, ini cuma orang iseng, ujarnya lagi. Mengenai pelaku peledakan, Soeripto menduga bom tersebut dirakit dan diledakkan oleh orang yang telah terlatih dalam ahli mengenai bahan peledak. Bisa bekas tentara, polisi, atau desersi, tambahnya, seraya menyatakan bahwa kemungkinan keterlibatan TNI dalam hal ini bukanlah hal yang tidak mungkin. Apalagi setelah beberapa waktu belakangan ini polisi lebih mendapat pujian karena dianggap berhasil menguak kasus bom bali. Untuk itu, selain kepolisian, dia mendesak agar Badan Intelejen Negara juga turut menyelidiki kasus bom tersebut serta melakukan pemetaan kasus-kasus bom yang pernah terjadi di tanah air agar mempermudah pengusutan lebih lanjut. (Adek-Tempo News Room)
Berita terkait
Usai Tak Hadiri Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Gugatan ke PTUN Bentuk Pembelaan
9 menit lalu
Usai Tak Hadiri Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Gugatan ke PTUN Bentuk Pembelaan
Wakil KPK Nurul Ghufron menilai dirinya menggugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta bukan bentuk perlawanan, melainkan pembelaan diri.