Balita gizi buruk ini tersebar di sejumlah daerah di Provinsi Jawa Timur. Sebagian besar berada di perkampungan yang menjadi kantung kemiskinan.
Untuk mengatasi balita gizi buruk ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit, membiayai layanan secara cuma-cuma serta mengkampanyekan makanan beragam, asupan air susu ibu secara eksklusif serta suplemen gizi.
Menurutnya, kesadaran orang tua menyusui hanya sekitar 65 persen. Dan hanya sekitar 45 persen orang tua rutin menimbang balita di posyandu serta ada 70 persen orang tua yang sadar memberikan makanan bergizi.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Pawik Supriyadi menjelaskan, penanganan balita gizi buruk dilaksanakan selama lima tahun ke depan. Diantaranya, dengan memberikan intervensi balita dengan makanan bergizi, susu dan makanan tambahan serta pengobatan penyakit yang diderita. "Prosesnya lama, butuh pengawasan ekstra," katanya.
Sedangkan, untuk balita di perkotaan, Pawik menemukan sejumlah balita yang justru mengalami gizi lebih. Akibatnya, balita mengalami obesitas serta terserang penyakit degeneratif diantaranya penyakit jantung, diabetes, stroke dan osteoporosis.
Untuk itu, Pawik meminta agar orang tua tak sembarangan memberikan makanan bagi balitanya. Terutama makanan cepat saji yang kini banyak bermunculan di sejumlah pusat perbelanjaan.
EKO WIDIANTO