TEMPO Interaktif, Aceh:Juru Bicara Militer Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Sofyan Daud menyatakan kelompoknya sudah siap untuk melanjutkan perjanjian penghentian permusuhan dari tahap membangun rasa saling percaya ke proses demiliterisasi. Tapi GAM tidak mungkin untuk menyimpan senjata. Pernyataan tersebut disampaikan Sofyan pada Minggu (2/2) siang seusai menghadiri kegiatan sosialisasi perjanjian yang diadakan kelompok GAM di kawasan Meurah Mulia sekitar 20 kilometer arah tenggara Lhokseumawe. GAM sudah siap, tapi bagaimana dengan pihak TNI. Kami tidak lagi melakukan perlawanan dengan senjata. Namun pihak TNI masih ada yang tetap melakukan operasi ke desa-desa, kata Sofyan Daud yang kini juga merangkap sebagai Panglima GAM Wilayah Pase. Menyangkut penyimpanan dan penggudangan senjata, Sofyan mengatakan hal itu tidak dapat dilakukan jika pihak TNI/Polri menuntut untuk ikut mengetahui tempat penyimpanan tersebut. GAM perlu mewaspadai kemungkinan gagalnya perjanjian. Yang perlu dijaga adalah arah dari senjata itu. Karena senjata memang bukan untuk digudangkan. Tapi kalau pun disimpan, hanya GAM dan HDC yang boleh mengetahuinya, sebut Sofyan Daud. Sementara itu, lebih dari seratus personel militer dan bentara (polisi) GAM tampak berjaga dalam radius lebih dari satu kilometer saat berlangsungnya kegiatan yang disebut Sofyan sebagai sosialisasi perjanjian kepada masyarakat. Sedikitnya 12.00 ribu massa yang datang dari 11 kecamatan di Kabupaten Aceh Utara dan sudah mulai berkumpul sejak pagi hari, tetap bertahan di tengah lapangan terbuka kendati hujan terus turun hingga berakhir acara pada siang hari. Kendati ada prajurit Brimob yang berposko di salah satu jalan masuk, sekitar 3 kilometer dari lokasi kegiatan tersebut terlihat hanya berdiam di posko. Zainal Bakri Tempo News Room
Berita terkait
Revisi Permendag Soal Impor Berlaku Hari Ini, Mendag Zulhas Klaim Tidak Ada Masalah Lagi
54 detik lalu
Revisi Permendag Soal Impor Berlaku Hari Ini, Mendag Zulhas Klaim Tidak Ada Masalah Lagi
Permendag 36/2023 tentang Pengaturan Izin Impor pernah mendapat protes dari berbagai kalangan.