Papua Nugini Kembalikan 141 Warga Papua ke Indonesia
Kamis, 19 November 2009 17:18 WIB
TEMPO Interaktif, Jayapura - Pemulangan warga Indonesia asal Papua dari Negara Papua Nugini akhirnya dilakukan dalam dua penerbangan menggunakan pesawat Hercules milik TNI AU di Hanggar TNI AU Sentani, Jayapura, Papua, Kamis (19/11). Kloter pertama berjumlah 68 orang dari Kota Wiwek, Papua Nugini, tiba pada pukul 10.40 WIT dan kloter kedua berjumlah 73 orang dari Port Moresby, ibukota Papua Nugini, tiba pukul 15.00 WIT.
Menurut Sutrisno, Dirjen Pembinaan Umum Departemen Dalam Negeri, para warga yang direpatriasi dari Papua Nugini ini akan di tempatkan di Asrama Balai Latihan Kerja Provinsi Papua selama beberapa hari.
"Selain untuk mengurus dokumen dan pendataan identitas, juga dipersiapkan agar setiap kabupaten telah mempersiapkan lokasi tempat tinggal dan pekerjaan. Sebab mereka saudara kita juga. Diharapkan pemerintah kabupaten dapat mempersiapkan dan melayaninya dengan baik. Mereka tak mendapat perlakuan khusus, sama dengan warga lainnya," katanya, Kamis (19/11).
Selain pemulangan pada Kamis (19/11) ini, nantinya pada 22 November juga akan dilakukan repatriasi tahap kedua dengan jumlah sekitar ratusan orang. Sebab sebelumnya, dari data Badan Perbatasan dan Kerja Sama Luar Negeri Provinsi Papua, jumlah sementara warga Indonesia di Papua Nugini yang akan direpatriasi ada sekitar 700-an orang. Mereka ini berasal dari beberapa kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.
"Setelah diidentifikasi wilayah asalnya, sekitar tiga hingga lima hari, masing-masing bupati asal daerah mereka akan menjemputnya. Tapi ada juga diantar ke kabupaten atau kota masing-masing. Setelah sampai mereka di tempat asalnya, bupati atau walikota mereka bisa mempertemukan mereka dengan keluarga besar masing-masing. Sehingga mereka bisa hidup sebagaimana mestinya, bergabung dengan keluarga besar mereka," jelas Sutrisno.
Sedangkan Staf Ahli Bidang Polkam Menkokesra, Doddy Budiatman mengatakan, pemerintah sudah sejak lama ingin memulangkan para repatriasi ini dari Papua Nugini. Hanya saja karena sesuatu hal, baru kali ini dapat dilaksanakan. "Walaupun prosesnya panjang, presiden selalu menanyakan kapan dilaksanakan repatriasi ini. Makanya, kami menghimbau saudara-saudara kita yang ada di gunung-gunung, maupun di mana saja di dalam negri dan luar negri yang dulu berseberangan untuk kembali membangun Papua," katanya, Kamis (19/11).
Salah satu warga yang ikut dalam pemulangan itu bernama Benyamin Adolf Prawar (60 tahun) mengatakan, dirinya sudah 30 tahun berada di Papua Nugini dan sempat bekerja selama 13 tahun di Papua New Guinea Produk yang berhenti tahun 2000 lalu. "Setelah itu, saya hanya tinggal di rumah saja di daerah bernama Bulolo di Kota Lae, Papua Nugini. Selama tinggal di Papua Nugini, ada banyak kesulitan yang dihadapi, kami sering ditipu. Sehingga ketika ada tawaran kembali ke tanah kelahiran di Provinsi Papua, Indonesia, saya merasa senang sekali," paparnya.
Benyamin mengaku, dirinya lari dari Papua, Indonesia ke Papua Nugini di tahun 1979 akibat persoalan politik. Kini telah memiliki enam orang anak dari perempuan asal Papua Nugini yang saat ini dibawah ke Papua.
"Ketika itu persoalan politik di Papua memanas, sehingga saya lari masuk ke Papua Nugini lewat perbatasan di Wutung. Selama berada di Papua Nugini, saya masih berstatus warga negara Indonesia. Sebenarnya di tahun 2005, sudah ingin kembali ke Papua,tapi tak punya uang dan masih takut. Saat ini saya sudah sangat lega, bisa kembali ketemu keluarga. Saya ingin tinggal di Biak atau Manokwari," ujar pria asal Kota Biak itu.
CUNDING LEVI