Kepemimpinan Politik Bermartabat Dibutuhkan untuk Penyelesaian Masalah Aceh

Reporter

Editor

Jumat, 18 Juli 2003 09:13 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Penyelesaian masalah di Aceh membutuhkan kepemimpinan politik yang berkualitas dan bermartabat.”Parameternya moral dan politik,” tegas pakar intelijen Angkatan Laut, Letkol TNI (Purn) Juanda, pada acara diskusi di Mario’s Place, Menteng, Jakarta, Sabtu (26/1) siang. Menurut Juanda, selama 30 tahun Indonesia dikungkung oleh mitos dan doktrinasi kepemimpinan militerisme. Di sisi lain, kader-kader pemimpin sipil juga berusaha mendapatkan peran-peran militer. Pada akhirnya, kata dia, Indonesia cenderung menjunjung tindak kekerasan dalam menyelesaikan konflik-konflik di daerah.”Teror sebagai alatnya. Ini bahaya bagi bangsa,”ucap Juanda. Juanda juga mengatakan, parameter untuk menyelesaikan berbagai konflik ternyata berubah-ubah. Yang terjadi saat ini, lanjut Juanda, jalan yang diambil pemerintah tidak demokratis bahkan malah elitis.”Ini yang disebut pseudodemokrasi. Perilaku aristokrat yang dibumbui sifat-sifat fasis,” papar dia. Juanda mengungkapkan, pembentukan Kodam di Aceh merupakan strategi dan model petinggi-petinggi militer dan elit birokrasi.”Lifedata-style jenderal-jenderal hedonis, yang suka bergaul dengan cukong atau mafia. Akhirnya, penyelesaian Aceh juga dengan cara yang jahat,”papar Juanda. Dia menyarankan, untuk mengatasi konflik di Aceh, pemimpin bangsa harus mengenal rakyat Aceh. Setiap birokrat bahkan militer hendaknya mengenai kultur masyarakat setempat. Namun ia menilai keingintahuan elit birokrasi mengenai hal itu kecil sekali. Kepemimpinan politik, kata Juanda, selayaknya tidak berupa doktrin tunggal lagi lantaran masalah yang terjadi di Aceh beragam. Masa lalu mestinya bisa dijadikan pelajaran berharga dengan merubah gaya pemerintahan sipil, namun yang terjadi justru sebaliknya. Kekuatan politik yang dilakukan masih seperti pemerintahan militerisme dan kekuatan militer masih dominan. Mega pun, menurutnya, terpengaruh model Soeharto. Bahkan, tim kabinet juga tidak merubah paradigma. Pemimpin sipil seharusnya mengeluarkan kebijakan politik yang tegas lantaran untuk menyelesaikan konflik di daerah diperlukan kekuatan penekan. Namun ”yang dominan justru kepentingan politik, bargaining jenderal-jenderal masih kuat,” ungkapnya. Selain itu, organisasi-organisasi yang independen terpecah-pecah. Mereka dihancurkan oleh unsur-unsur Orde Baru. ”Organisasi jadi korporatif dengan negara. Akhirnya tidak independen,” ucap Juanda. Militer, kata dia, seharusnya menerapkan paradigma baru. Para jenderal yang bersalah dalam pelanggaran HAM selama ini tidak pernah dihukum. (Hilman Hilmansyah-Tempo News Room)

Berita terkait

Gaga Muhammad sudah Bebas Bersyarat, Ini Kasus Pidana yang Menjeratnya dan Vonis 4,5 Tahun Penjara

1 menit lalu

Gaga Muhammad sudah Bebas Bersyarat, Ini Kasus Pidana yang Menjeratnya dan Vonis 4,5 Tahun Penjara

Gaga Muhammad sudah bebas dan kembali aktif di media sosial. Kronologi kasus yang menyeret Gaga ke bui dan divonis 4,5 tahun penjara.

Baca Selengkapnya

Golkar Depok Umumkan Dokter Ririn Farabi A Rafiq Maju di Pilkada 2024

6 menit lalu

Golkar Depok Umumkan Dokter Ririn Farabi A Rafiq Maju di Pilkada 2024

Ririn dianggap tokoh milenial muda yang dapat mewakili gender yang menjadi jumlah pemilih dominan di Pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

7 menit lalu

Pinjol Ilegal Makin Marak, Satgas Pasti Beberkan Tiga Pemicunya

Satgas Pasti khawatir layanan pinjaman dana online atau pinjol baik yang resmi ataupun ilegal berkembang dan digemari masyarakat. Kenapa?

Baca Selengkapnya

37 Penyandang Disabilitas Ikut Rekrutmen Bintara Polri Tahun Ini

20 menit lalu

37 Penyandang Disabilitas Ikut Rekrutmen Bintara Polri Tahun Ini

Jumlah penyandang disabilitas yang mendaftar rekrutmen Bintara Polri meningkat

Baca Selengkapnya

Kelompok Petani Singgung Janji Reforma Agraria Jokowi yang Tak Tuntas di Demo Hari Buruh

25 menit lalu

Kelompok Petani Singgung Janji Reforma Agraria Jokowi yang Tak Tuntas di Demo Hari Buruh

Dewi mempertanyakan jumlah tanah yang sudah dikembalikan kepada rakyat dalam agenda reforma agraria Jokowi.

Baca Selengkapnya

Kena Modus Salah Transfer dari Pinjol Ilegal? Ini Penjelasan Pakar Hukum

26 menit lalu

Kena Modus Salah Transfer dari Pinjol Ilegal? Ini Penjelasan Pakar Hukum

Layanan pinjol ilegal PundiKas menstransfer sejumlah uang tanpa persetujuan yang diklaim sebagai utang.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Penyebab Aplikasi UTBK Mati, Panitia UTBK Sediakan Kemeja, Janji Microsoft

32 menit lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Penyebab Aplikasi UTBK Mati, Panitia UTBK Sediakan Kemeja, Janji Microsoft

Topik tentang kendala teknis mewarnai hari pertama pelaksanaan UTBK SNBT 2024 menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Sempat Ditunda, Sidang Praperadilan Pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang Digelar Hari Ini di PN Jaksel

36 menit lalu

Sempat Ditunda, Sidang Praperadilan Pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang Digelar Hari Ini di PN Jaksel

Penyidik mempunyai bukti bahwa Panji Gumilang pada tahun 2019 telah menerima pinjaman dari bank sejumlah Rp 73 miliar.

Baca Selengkapnya

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

36 menit lalu

Belanda Jajaki Peluang Kerja Sama di IKN

Sejumlah perusahaan dan lembaga penelitian di Belanda, telah memberikan dukungan kepada Indonesia, termasuk terkait IKN

Baca Selengkapnya

Kuartal Pertama 2024, Laba Bersih Bukit Asam Melorot 31,9 Persen

36 menit lalu

Kuartal Pertama 2024, Laba Bersih Bukit Asam Melorot 31,9 Persen

Bukit Asam membukukan laba bersih kuartal I 2024 sebesar Rp 790,9 miliar atau anjlok 31,9 persen secara tahunan dari Rp 1,16 triliun.

Baca Selengkapnya