TEMPO Interaktif, Jakarta: Penulis buku "Behind Indonesia's Headlines", Christovita Wiloto, menilai berita-berita utama di media massa Indonesia tidak menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Akibatnya para pembaca tidak bisa mendapatkan informasi utuh dari sebuah peristiwa.
"Banyak hal-hal yang ada di headlines media massa tidak mencerminkan kenyataan sesungguhnya," ujar Christovita dalam peluncuran buku "Behind Indonesia's Headlines" kemarin (3/9) malam. "Kira-kira 70 persen (yang tidak mencerminkan kenyataan)."
Christovita sendiri menganggap akibat dari pemberitaan media massa tersebut, para pembaca tidak mendapat permasalahan sebenarnya dari sebuah berita yang dijadikan berita utama di media massa.
Christovita mencontohkan masalah aliran dana Bank Indonesia yang saat ini menjadi topik pemberitaan media massa nasional. Menurut Christovita, para pembaca hanya disuguhkan komentar-komentar pihak yang terkait kasus tersebut. Sedangkan, arti penting kisruh aliran dana BI tersebut bagi pembaca tidak dijelaskan.
Selain itu, CEO Wiloto Corp. tersebut juga menyayangkan berita-berita di media massa yang tidak menampilkan berita-berita baik mengenai Indonesia. Padahal, lanjut Christovita, terkadang berita-berita tersebut menjadi perhatian dunia internasional. Contohnya berita soal ditemukannya "The Lost Paradise" yang berisi puluhan spesies tanaman dan hewan di Papua pada 2006.
Lewat buku "Behind Indonesia's Headlines", Christovita berharap bisa membuka mata publik Indonesia secara umum dan insan pers secara khusus mengenai berbagai hal yang terabaikan. Buku dengan komentar terbanyak tersebut pun masuk Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).
Menurut Wakil Direktur MURI Sutikno Susilo, "Behind Indonesia's Headlines" unik karena memuat 70 komentar dari berbagai kalangan mulai tokoh nasional hingga kerabat Christovita. Puluhan komentar tersebut mencerminkan bahwa buku tersebut layak dibaca publik.
Dalam sambutan yang dibacakan Sutikno, Direktur MURI Jaya Suprana mengatakan, "Komentar yang ada dalam buku tersebut tidak kalah penting dari isi buku." "Behind Indonesia's Headlines" tercatat dalam MURI sebagai rekor ke-3376.
"Yang paling banyak muncul adalah di daerah yang tingkat korupsinya tinggi. Fenomena media abal-abal ini tidak kami temukan di Malaysia atau Singapura."
Presiden Joko Widodo memastikan akan menghadiri acara puncak Hari Pers Nasional 2016 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, 9 Februari 2016. Dalam acara itu, Jokowi akan diberi panggung untuk berinteraksi dengan kurang-lebih 600 wartawan nasional, petinggi negara, dan tokoh masyarakat. Supaya pertemuan itu bermakna, bantuan atau kebijakan strategis apa yang bisa Presiden keluarkan agar kehidupan pers Indonesia semakin sehat?