TEMPO Interaktif, Surabaya:Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Jawa Timur meragukan temuan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) yang menyatakan adanya unsur PAH (policyclic aromatic hydrocarbons) dalam lumpur Lapindo.Sebelumnya Walhi merilis adanya kandungan PAH dalam lumpur Lapindo yang sangat tinggi hingga mencapai 8 ribu kali lipat dari ambang batas. Padahal kandungan ini sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan penyakit kanker dan tumor."Kita harus lihat dulu apakah penelitian itu sudah benar caranya, laboratoriumnya apakah juga punya akreditasi, karena di Surabaya ini hanya dua lab yang benar-benar bisa dipercaya," kata Plt. Kepala Bapedal Jatim Dewi J Patriatni, kepada Tempo hari ini (1/8).Apalagi, tambah Dewi, jika uji laboratorium tersebut hanya dilakukan di laboratorium milik kampus yang belum mendapatkan akriditasi keabsahan laboratoriumnya. Selain itu, Dewi juga mempertanyakan sampling yang diambil sebagai bahan penelitian apakah sudah benar bisa dijadikan bahan sampling yang bisa dipertanggungjawabkan atau tidak.Temuan Walhi, menurut dia, juga tergolong telat karena lumpur Lapindo sendiri sudah menyembur sejak lebih dari dua tahun yang lalu. "Kenapa baru sekarang dirilis, toh berbagai kajian sebelumnya tidak ada yang menemukan adanya PAH," tambah Dewi.Hasil kajian yang dilakukan Bapedal sendiri, menurut dia, juga tidak menunjukkan adanya kandungan PAH tersebut. Yang ada hanyalah unsur karbon biasa sebagaimana lazimnya keluar dari areal pengeboran. Selain itu, gas yang berbahaya hanya terdeteksi H2S dan methan yang itu pun sangat mudah terurai ketika terkena hembusan angin, sehingga dari jarak sekitar 500 meter, kandungan gas ini sudah tidak lagi membahayakan.Meski demikian, Bapedal tetap merekomendasikan kepada Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) untuk segera mengosongkan kawasan di sekitar semburan. Apalagi jika di kawasan tersebut banyak dijumpai semburan liar semisal di Desa Siring Barat, Jatirejo Barat, dan Mindi.Rohman Taufiq