Aksi yang dimotori Kesatuan Mahasiswa Pondokan Tamalanrea (KMPT) tersebut nyaris tercoreng ketika muncul insiden yang menimpa Joni, 22. Mahasiswa Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas Hasanudin, yang diketahui beragama Kristen itu, digebuki ramai-ramai hingga babak belur. Kejadian berlangsung di kawasan kampus Universitas Hasanudin, Jalan Perintis Kemerdekaan. Informasi yang diperoleh Tempo News Room, tindak kekerasan itu melibatkan aktivis KMPT dan warga setempat.
Tapi, sejumlah saksi mata menyatakan, pemukulan terhadap Joni tidak terkait isu anti-Amerika Serikat dan aksi sweeping KTP tersebut. “Ada masalah lain berkait perilaku Joni di kampung. Aksi pemukulan berlangsung ketika terjadi aksi KMPT. Lalu, massa yang berunjuk rasa sebagian ikut menggebuki Joni karena mencuat tuduhan provokator,” ujar Irwan, warga setempat.
Joni menderita luka memar dan pendarahan di bibir, hidung dan dekat mata. kemudian dirawat di rumah sakit. Selepas diobati, ia menghilang dari tempat kosnya di kampung sekitar kampus Universitas Hasanudin.
Pantauan di lapangan memperlihatkan, aktivis KMPT sejak pagi mencegati pengguna jalan di sekitar kampus Universitas Hasanudin. Mereka menanyai agama setiap orang yang ditemuinya. “Anda agamanya apa?” ujar aktivis KMPT. Mereka membagi-bagikan selebaran yang berisi kecaman terhadap Amerika Serikat. “Dukunglah aksi kami,” timpal aktvis KMPT lainnya.
Aksi tersebut tidak berlangsung lama. Aktivis KMPT tersandung batunya ketika mencegat sebuah mobil, yang ternyata dikendarai dokter Nur Bahrinur, staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat, yang juga tokoh Islam terpandang di Makassar. Dokter Nur ternyata tidak terima dicegat dan ditanyai identitasnya. “Kalian ini apa-apaan melakukan ini,” ujar Nur. Rupanya, hardikan itu membuat kalangan aktivis KMPT surut. Mereka pun kemudian membubarkan diri. Aksi sweeping KTP pun berhenti.
Selain KMPT, ratusan mahasiswa dari berbagai elemen bersama Gerakan Pemuda Islam (GPI) menggelar aksi di gedung DPRD Sulawesi Selatan. Mereka membuat acara, menyerahkan Teroris Award kepeda seorang demonstran yang berperan sebagai Presiden Amerika Serikat George Walker Bush. Pengunjuk rasa menilai Amerika telah menjadi biang keladi teroris dunia ketika menyerang Afganistan. “Amerika layak mendapat penghargaan terkutuk itu,” kata Muhammad Akram dari GPI Makassar, yang menjadi koordinator aksi tersebut. (Syarief Amir)