TEMPO Interaktif, Wonogiri: Belasan telaga yang menjadi sumber air bersih di Kabupaten Wonogiri mengalami kekeringan akibat kemarau panjang. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga terpaksa membeli air bersih dari pedagang air keliling. Per tanki harganya mencapai Rp 100 ribu. "Pemerintah kabupaten juga sudah menyalurkan air bersih ke daerah yang sudah tidak memiliki sumber air bersih," kata Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Wonogiri Teguh Setyono, Kamis (2/8). Meski sudah terasa dampak dari musim kering itu, kata Teguh, namun tidak separah tahun-tahun sebelumnya. Di Kecamatan Pracimantoro, misalnya, dari 19 telaga hanya 6 telaga yang masih berair, meski volumenya tidak lebih dari 50 persen. Menurut Kepala Seksi Sosial Pemerintahan Kecamatan Pracimantoro Nunuk Hartiningsih, kekeringan merupakan bencana tahunan di Wonogiri bagian selatan. Ada 30 desa di enam kecamatan di Wonogiri selalu mengalami kekurangan air bersih pada saat musim kemarau. Pemerintah Wonogiri membutuhkan dana sekitar 4,2 miliar untuk mengatasi kesulitan air bersih. Dana itu akan digunakan untuk pengadaan air bersih sebanyak 42.043 tangki. Sedangkan anggaran pemerintah kabupaten sangat minim. Teguh menyebutkan, dalam APBD tahun ini hanya disediakan dana sebesar Rp 95 juta. Bupati Wonogiri sendiri telah meminta bantuan dari Pemerintah Propinsi. "Dana APBD belum kami keluarkan karena daya beli warga untuk membeli sendiri air bersih masih kuat," katanya. Imron Rosyid