TEMPO Interaktif, Jakarta:Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari meminta Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung memperketat pemberian fasilitas asuransi kesehatan warga miskin (Askeskin). Hak warga miskin harus diberikan kepada warga miskin. Pelayanan Askeskin di RSHS sebetulnya sudah bagus. Tapi masih kebobolan karena ada pasien mampu yang bisa memakai Askeskin, katanya saat meresmikan gedung perawatan penyakit dalam di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Jumat (13/7). Untuk itu, dia melanjutkan, pihak RSHS sebisa mungkin harus melakukan pengecekan kondisi ekonomi pasien pembawa Surat Keterangan Tidak Mampu. Jangan sampai orang yang sebetulnya mampu tapi mengaku-ngaku miskin dan diberi Askeskin, ia melanjutkan. Di RS Hasan Sadikin, Siti Fadilah sempat berdialog tentang pelayanan Askeskin dengan seorang petugas pelayanan pasien penyakit dalam. Si petugas menyatakan, pihaknya memberikan pelayanan Askeskin karena pasien sering memaksa dengan berbekal surat keterangan tidak mampu. Namun begitu Siti menegaskan, pemberian fasilitas Askeskin kepada orang yang mampu secara ekonomis tetap merupakan kesalahan.Karena itu kalau ada pasien yang terhitung mampu tapi memaksa minta Askeskin, laporkan saja ke polisi, katanya menanggapi keluhan petugas. Sementara itu Direktur RS Hasan Sadikin Cissy Kartasasmita menyatakan, untuk sementara pihaknya akan melayani pengobatan semua pasien pemilik Askeskin. Hanya, dia melanjutkan, nanti saat pasien sudah pulang ke rumahnya, RSHS akan meminta PT Askes untuk memeriksa lebih jauh kondisi ekonomi pasien tersebut. Kalau dari hasil pemeriksaan ternyata dia nggak miskin, maka dia akan dianggap punya utang ke RSHS. Paling tidak, dia harus bisa nyicil utang itu, ujar Cissy. Cissy mengatakan, sebagian besar pasien miskin tinggal di ruang rawat inap kelas III. Dari total 650 tempat tidur di kelas itu, lebih dari 90 persen digunakan pasien miskin. Cissy menambahkan, sebagian pasien di ruang rawat inap kelas I, II, dan ruang Intensive Care Unit, banyak yang minta dikategorikan miskin dengan dalih kehabisan biaya. Erick Priberklah Hardi