TEMPO.CO, Palembang - Sejumlah peneliti berhasil menghimpun dan mengembangkan hingga puluhan ribu jenis pohon rawa gambut khas Sumatera Selatan. Bahkan belasan ribu diantaranya sudah tumbuh subur di lahan seluas 20 hektare di Sepucuk, Ogan Komering Ilir, Sumsel. Kepala Balai Litbang LHK Palembang, Tabroni mengatakan penelitian dimulai sejak 2010 dilahan yang pernah terbakar hebat pada tahun 1997 dan 2006. "Agar tak terbakar lagi, kami intensifkan pengawasan dan monitoring lapangan," katanya, Kamis, 20 April 2017.
Menurutnya, hutan dan lahan rawa gambut yang terdegradasi berat oleh kebakaran membutuhkan penanganan serius. Pemulihan secara alami sangat sulit terbentuk dan membutuhkan waktu lama. Restorasi dapat dipercepat melalui penerapan teknik silvikultur khusus yang mengacu pada 3 karakter lahan kunci yaitu Kedalaman Gambut, Kedalaman Genangan Air, dan Kedalaman Muka Air Tanah. "konsep tersebut kami terapkan merestorasi lahan gambut disini," katanya.
Baca pula:
Sawit Rusak Hutan, Satwa Liar dan Kesehatan?
Kemarin petang, Tempo melihat langsung lokasi yang saat ini sudah dikelilingi oleh perkebunan sawit itu. Berkat keberhasilan tersebut, kebun konservasi plasma nutfah ini akan dikunjungi oleh sekitar 80 delegasi "the 1st Asia Bonn Challenge high level meeting" dari 40 negara di dunia pada 9 Mei mendatang. Tidak sekedar meninjau, delegasi setingkat menteri, pimpinan lembaga, pengusaha dan pegiat lingkungan dari berbagai negara ini akan ikut menanam pohon seperti Jelutung dan Ramin.
Peneliti dari LHK Palembang menunjukkan pohon rawa gambut yang berhasil dikembangkan di Sepucuk, Ogan Komering Ilir, Kamis, 20 April 2017. Di lahan eks terbakar di tahun 1997 dan 2006 ini sudah ditumbuhi Jelutung, Ramin, gelam. Tempo/Parliza Hendrawan
Sementara itu Bastoni, peneliti dari LHK Palembang mengatakan pohon yang mereka tanam tergolong jenis-jenis pohon lokal (indigeneous species) unggulan hutan rawa gambut yang sulit tumbuh secara alami pada areal bekas terbakar. Bahkan beberapa diantaranya termasuk dilindungi dari kepunahan. Pohon tersebut Ramin (Gonystylus bancanus) luas 2 ha 1.000 batang, Jelutung rawa (Dyera lowii) 8 ha 4.000 batang, Punak (Tetramerista glabra) 2 ha 1.000 batang, Perupuk (Lopopethalum javanicum) 1 ha 500 batang, Meranti (Shorea belangeran) 2 ha 1.000 batang, Medang klir (Alseodaphne sp.) 2 ha 1.000 batang, Beriang (Ploiarum alternifolium) Gelam (Melaleuca leucadendron) 1 ha 1.000 batang.
Silakan baca:
Agar Burung Terus Berkicau di Hutan Harapan
Di area yang berada persis di kelurahan Kedaton atau sekitar 15 menit dari kota Kayu Agung ini, juga ditumbuhi jenis-jenis pohon pionir hasil suksesi alami, seperti Beriang, Gelam, Perepat, dan Geronggang pada lahan seluas 2 hektare atau sekitar 4.000 batang. "Suksesi alami yang terbentuk 4 tahun setelah kebakaran hanya terdiri dari pakis dan rumput rawa, belum ada suksesi pepohonan," kata Bastoni.
PARLIZA HENDRAWAN