TEMPO.CO, Ponorogo – Pemerintah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, berharap semua warga yang terdampak tanah retak di Dusun Watu Agung, Desa Dayakan, Kecamatan Badegan, bersedia diungsikan ke lokasi yang lebih aman.
Apalagi tenda pengungsian telah didirikan di dekat balai desa setempat dengan medan lebih rata dibanding lokasi sebelumnya. “Untuk menghindari terjadinya hal yang tidak diinginkan. Juga memudahkan mengirimkan petugas mengirim bantuan logistik dan pelayanan,” kata Wakil Bupati Ponorogo Sudjarno, Senin, 10 April 2017.
Baca Juga:
Baca juga: Evakuasi 24 Korban Longsor Ponorogo Dihentikan
Menurut Sudjarno, tanah retak mulai berdampak pada Kamis, 6 April 2017. Bagian lantai dan dinding rumah warga ikut merekah. Potensi tanah cukup tinggi, apalagi retakan tanah menganga 50 sentimeter. Sekitar 290 warga memilih mengungsi di sejumlah tempat yang dinilai aman, seperti musala dan permukiman.
Lokasi pengungsian itu masih dalam kawasan zona berbahaya di lereng perbukitan kapur. “Masih di atas,” ujar Sudjarno saat ditemui di lokasi bencana tanah longsor Desa Banaran, Kecamatan Pulung.
Baca: Longsor Susulan Terjadi di Ponorogo, 3 Eskavator Terseret Lumpur
Sebanyak 66 warga akhirnya bersedia mengungsi ke tempat aman di dekat balai desa setempat, kemarin. Sudjarno menuturkan, mereka merasa ketakutan setelah mendengar suara gemuruh dari dalam tanah lebih dari 20 kali pada Ahad malam. Tanah yang sebelumnya hanya menganga sekitar 50 sentimeter menjadi 70 sentimeter.
Pelaksana tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo, Sumani, mengatakan, hingga kini, status kedaruratan dari gerakan tanah di Desa Dayakan belum ditetapkan. Sebab, deteksi secara ilmiah belum dilakukan lantaran keterbatasan alat.
“Masih dalam kajian. Seismograf portable yang punya Pasuruan dan Bandung. Nanti kami pinjam, kemudian ditempatkan di sana (Desa Dayakan),” kata Sumani.
Karena itu, pemerintah Ponorogo fokus menangani warga yang telah mengungsi. Bantuan logistik dikirim ke lokasi bencana tanah retak. “Bagaimana mereka nyaman, fasilitas hidup, seperti makan, terpenuhi. Jadi di sana didirikan satu dapur umum,” kata Sumani.
NOFIKA DIAN NUGROHO