TEMPO.CO, Purwakarta - Bupati Purwakarta, Jawa Barat, Dedi Mulyadi melantik enam orang kepala desa di lahan persawahan di Kampung Cipulus, Desa Nagrog, Kecamatan Wanayas, Rabu malam, 23 November 2016. Mereka yang dilantik adalah Kepala Desa Cicadas, Cibinong, Parakan Lima, Sempur, Cikadu dan Kepala Desa Desa Gardu.
Pelantikan dilakukan beberapa saat setelah dilakukan pengumuman hasil pemilihan kepala desa serentak. Para kepala desa itu langsung digiring ke areal persawahan yang padinya sedang tumbuh menghijau. Mereka harus berjalan meniti pematang sawah, kemudian masuk dan berdiri berjejer di dalam sawah. Sejumlah pejabat Pemerintah Kabupaten Purwakarta juga hadir dalam acara itu.
Baca Juga:
Para kepala desa itu menggunakan pakaian Sunda pangsi hitam lengkap dengan ikat kepalanya. Dalam pelantikan pada malam hari, yang hanya diterangi lampu seadanya itu, mereka mengucapkan sumpah, menirukan sumpah yang dibacakan Bupati Dedi. Saat itu Dedi juga mengenakan pakaian yang sama. Yang membedakannya hanya ikat kepala Dedi berwarna putih.
Menurut Dedi, ia sengaja melantik para kepala desa itu di areal persawahan. Tujuannya agar mereka mau menjaga potensi desanya masing-masing. “Sawah harus terjaga, peternakan harus terjaga serta para petaninya pun harus terjaga," katanya saat menyampaikan amanat pelantikan.
Dedi mengatakan, para kepala desa juga harus mampu menciptakan branding desanya masing-masing. Termasuk, membangun sistem promosi produk unggulan desanya. "Yang lebih penting adalah tetap terpeliharanya pelayanan prima kepada masyarakat," ujarnya.
Dedi juga mengingatkan agar para kepala desa yang baru dilantik itu segera melakukan rekonsiliasi dengan para kompetitornya. "Mereka harus dirangkul, ajak mereka membangun desa secara bersama-sama," tuturnya.
Kepala Desa Parakan Lima, Kecamatan Jatiluhur, Jaya Permana, yang turut dilantik saat itu merasakan suasana kesederhanaan saat pelantikan menjadi catatan khusus baginya. Begitu pula amanat yang disampaikan bupati. “Sangat berkesan. Saya sadari pesan Pak Bupati agar kita hidup sederhana dan harus ikhlas menjadi pelayan masyarakat.”
NANANG SUTISNA