TEMPO.CO, Bandung - Sejumlah daerah di Kota Bandung tergenang air akibat hujan deras yang mengguyur pada Selasa malam-Rabu dinihari, 7-8 Juni 2016. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat, genangan banjir paling parah di Kota Bandung berada di Gedebage, Ciwastra, dan Bumi Panyileukan.
"Data yang dihimpun petugas kami di lapangan, untuk Kota Bandung ada tiga titik yang diterjang banjir," kata Staf Pusat Data Informasi BPBD Jabar Muhammad Taufik, Rabu, 8 Juni 2016.
Camat Gedebage Bambang Sukardi menjelaskan, banjir yang terjadi di daerahnya terdapat di RW 08, RW 09, dan RW 10 Kelurahan Rancabolang, tepatnya di perumahan kompleks Bumi Adipura. Genangan air dengan ketinggian berkisar 50 sentimeter di lokasi ini terjadi akibat limpasan dari Sungai Cinambo yang tidak mampu menampung arus air hujan dari hulu.
"Penanganan sudah dilakukan bersama-sama warga dibantu Pemadam Kebakaran dan Dinas Binamarga dan Pengairan Kota Bandung ditambah pasukan dari kewilayahan. Airnya kita pompa," tuturnya.
Banjir di Gedebage juga juga menggenangi RW 1, RW 2, dan RW 3 Kelurahan Cimincrang akibat jebolnya kirmir di parit Susukan Jangkung. "Kita dapat bantuan kayu untuk buat tanggul sementara dan 500 karung pasir dari Dinas Bina Marga. Tanggul buatan ini untuk penanganan sementara, takutnya malam hujan lagi," ujarnya. Banjir yang tidak terlalu besar juga terjadi di RW 14 Kelurahan Riung, Bandung.
Bambang menampik jika banjir yang menggenangi sebagian wilayahnya dikarenakan adanya proyek pengembangan Kota Bandung Teknopolis. Menurut dia, banjir yang memang sudah sering terjadi dikarenakan saluran drainase yang kurang baik yang dibuat beberapa pengembang perumahan yang sudah lebih dahulu masuk.
"Tidak terlalu signifikan karena baru pematangan lahan untuk akses jalan. Drainase juga sudah dibuat Kementerian PU dalam pembangunan interchange 149," tuturnya.
Evi Damayanti, 34 tahun, warga perumahan Adipura Cluster Tulip 7 Nomor 9, Kelurahan Rancabolang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, hari ini terpaksa bolos kerja karena banjir memaksanya untuk membersihkan rumah dari sisa-sisa air yang mulai surut.
"Hujan dari setelah magrib hingga pukul 01.00 WIB malam. Setelah hujan berhenti air malah terus naik sampai sebetis orang dewasa," ujarnya.
Evi berharap ada solusi dari pemerintah untuk mengentaskan banjir yang sudah sering terjadi di kompleksnya. "Ke pemerintah tolong segera diselesaikan masalah banjir di sini agar seperti dulu tidak pernah banjir," pintanya.
Pada dasarnya, lanjut Evi, warga mendukung sepenuhnya pembangunan Kota Bandung Teknopolis dan fly over interchange KM 149. "Namun dampak negatifnya seperti banjir ini agar diberikan solusi," bebernya.
Dony, 25 tahun, warga Perumahan Bumi Panyileukan, Kelurahan Cipadung Kidul, Kecamatan Panyileukan, menjelaskan, banjir yang terjadi di wilayahnya diawali dengan hujan deras yang terjadi sejak semalam kemarin. Meski sudah surut, genangan air sempat masuk ke permukiman penduduk.
"Dari tadi malam hujannya memang enggak berhenti. Pas bangun untuk sahur, air ternyata sudah semakin tinggi. Malah sampai masuk ke dalam rumah," akunya.
Dony menambahkan, banjir yang melanda wilayahnya bahkan mencapai ketinggian satu meter. Menurut dia, ini merupakan banjir terparah sejak menghuni rumah tersebut.
"Semua perabotan di dalam rumah terendam banjir. Mulai dari kasur, kulkas, kompor, hingga kendaraan pun ikut terendam. Karena air datangnya cepat jadi enggak sempat dipindahkan," tandasnya.
PUTRA PRIMA PERDANA