TEMPO.CO, Jakarta - Ketua panitia pelaksana Simposium Nasional Tragedi 1965, Suryo Susilo, mengatakan penyelesaian kasus 1965 harus mampu mengurai kebenaran peristiwa sehingga tidak terus berlanjut.
“Simposium ini diharapkan dapat menjadi perjalanan akhir dari peristiwa yang penuh polemik selama lima puluh tahun ini,” kata Suryo dalam siaran persnya, Minggu, 17 April 2016. Ia mengatakan pembedahan tragedi 1965 sangat penting dan penyelesaiannya bukan masalah yang sederhana.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia telah mengumumkan bukti-bukti pelanggaran HAM berat peristiwa itu pada 2012. Kajian akademik pun telah dilakukan berbagai kalangan.
Pemerintah bertekad tahun ini dapat menyelesaikan konflik dan trauma serta mendudukkan peristiwa 1965 yang sebenarnya dalam perspektif sejarah. “Kinilah saatnya untuk membedah semua itu bersama dengan para pelaku sejarah yang difasilitasi pemerintah,” kata Suryo.
Pembedahan tragedi 1965 bersama pemerintah, menurut Suryo, merupakan yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Simposium ini akan diadakan 18-19 April di Jakarta. Ahli, pelaku, saksi, korban, dan pengamat dihadirkan dalam acara tersebut. Mereka akan berdialog dan berdiskusi untuk mencari titik temu penyelesaian masalah tragedi 1965.
Suryo mengatakan pemerintah menyadari selama ini belum sungguh-sungguh menyelesaikan kasus ini. Ia mengatakan sebuah bangsa yang beradab ditandai dengan penghormatan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan.
“Sebuah bangsa yang besar menjalankan kehidupannya berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan, mengembangkan cara pandang yang sehat dan proporsional terhadap masa lalu,” kata dia. Suryo mengatakan penyelesaian tragedi 1965 dapat memberikan contoh yang baik kepada generasi penerus bangsa.
VINDRY FLORENTIN
Jejak CIA dalam Tragedi 1965 (3); "Jerman Juga... oleh tempovideochannel