TEMPO.CO, Boyolali - Penetapan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sebagai kelompok atau aliran sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Kamis lalu sempat membuat gentar PT ECO Smart Garment Indonesia (ESGI) di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Perusahaan ini berniat memberikan peluang kerja bagi para bekas pengikut Gafatar yang ditampung di Asrama Haji Donohudan Boyolali.
“Sekarang kami butuh kepastian ihwal status para bekas pengikut Gafatar agar tidak timbul masalah di kemudian hari setelah mereka menjadi karyawan,” kata Human Resource Management General Manager PT ESGI, Nurdin Setiawan, pada Jumat, 5 Februari 2016.
Status yang dimaksud Nurdin ialah kadar keterlibatan para bekas pengikut Gafatar itu, apakah mereka termasuk dalam kepengurusan organisasi, sekadar ikut-ikutan, atau hanya sebagai korban. Nurdin meminta pemerintah pusat segera memastikan status para bekas pengikut Gafatar itu. “Kalau sudah jelas statusnya, kami siap menampung mereka,” kata Nurdin.
Nurdin mengatakan keputusan membuka kesempatan kerja kepada para bekas pengikut Gafatar adalah wujud kepedulian perusahaannya terhadap mereka yang belum jelas nasibnya setelah dipulangkan dari Kalimantan. “Langkah ini juga sebagai bentuk dukungan kami kepada pemerintah dalam upaya mengurangi tingginya angka pengangguran,” kata Nurdin.
PT ESGI adalah perusahaan joint venture antara PT Pan Brothers Tbk dengan Mitsubishi Corporation sebagai ekspansi bisnis untuk memproduksi brands dunia. Perusahaan garmen berorientasi ekspor yang memiliki empat pabrik di Boyolali itu masih membutuhkan sekitar 12.000 karyawan.
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Boyolali, Purwanto, mengatakan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sudah menginstruksikan kepada perusahaan-perusahaan untuk turut membantu para bekas pengikut Gafatar dengan cara memberikan peluang bekerja.
“Saat ini baru PT ESGI (dari 630 perusahaan di Boyolali) yang siap mempekerjakan para bekas pengikut Gafatar,” kata Purwanto. Sejak para bekas pengikut Gafatar ditampung di Asrama Haji Donohudan, Purwanto berujar, perusahaan garmen yang baru diresmikan pada Agustus 2015 itu sudah mengupayakan pendekatan secara jemput bola.
“Semoga perusahaan lain juga terpanggil untuk turut menawarkan solusi untuk meringankan beban para saudara kita (bekas pengikut Gafatar).”
DINDA LEO LISTY