TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Oscar Primadi meminta masyarakat tidak panik dalam menanggapi hebohnya berita tentang virus Zika. “Masyarakat jangan panik atau resah, tapi juga jangan lengah,” katanya, Selasa, 2 Februari 2016, di kantornya.
Oscar mengklaim belum ada kasus kematian akibat virus itu di Indonesia. Menurut dia, baru ada satu pasien yang dinyatakan positif virus Zika di Indonesia. Informasi itu terkuak dalam sebuah penelitian di Jambi pada 2014. Namun kondisi pasien yang terkena virus Zika dinyatakan sembuh.
Menurut Oscar, yang perlu lebih dikhawatirkan adalah demam berdarah DB yang kasusnya banyak terjadi pada musim hujan dan mengakibatkan kematian. Kesamaan virus Zika dan DBD adalah penyebarnya dari nyamuk Aedes aegypti. “Maka itu, kami fokus memberantas perantaranya, yaitu nyamuk itu,” katanya.
Oscar mengatakan memutus mata rantainya adalah dengan menghilangkan sarang dan jentiknya. Jadi ia mengimbau masyarakat melakukan kegiatan menguras, menutup, dan mengubur serta tidak menggantung baju untuk menghilangkan nyamuk di lingkungan sekitar.
Informasi lain yang cukup membuat heboh adalah hubungan virus Zika dengan microcephaly. Oscar mengatakan belum ada penelitian yang menyatakan ada hubungan antara virus Zika dan microcephaly. “Belum ada hubungannya itu, jadi waspada saja,” ucapnya.
Sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan banyaknya bayi lahir dalam kondisi mikrosefalus di Brasil sebagai keadaan darurat kesehatan yang jadi perhatian internasional. Mikrosefalus penyakit ketika bayi lahir dengan ukuran kepala kecil dan mengalami kerusakan otak.
Deklarasi itu dibacakan Direktur WHO Margaret Chan di Jenewa pada Senin, 1 Februari 2016, dan memicu penelitian guna menentukan apakah virus Zika, yang disebarkan nyamuk, merupakan penyebab banyaknya bayi lahir dengan kepala tidak normal di Brasil.
MITRA TARIGAN