TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya hasil Musyawarah Nasional Ancol, Dave Akbarshah Fikarno, menuding Golkar kubu Aburizal Bakrie keras kepala. Hal itu dia ungkapkan menyusul adanya kesepakatan dalam rapat konsultasi pimpinan Golkar hasil Munas Bali kemarin bahwa mereka tidak akan melaksanakan munas hingga 2019.
"Dari awal, semangat Pak Agung Laksono adalah persatuan. Akan tetapi, kubu ARB (Aburizal) ngotot tidak mau. Ini adalah sifat keras kepala dari para elite dan senior di kubu ARB yang dapat dengan cepat mematikan Golkar," ucap pria yang lebih akrab disapa Dave Laksono itu saat dihubungi pada Rabu, 6 Januari 2016.
Menurut anak kandung Ketua Umum Partai Golkar hasil Munas Ancol, Agung Laksono, tersebut, rekomendasi rapat konsolidasi pimpinan itu tidak memiliki landasan hukum yang jelas. "Kami semua tidak ada yang punya surat keputusan dari Menteri Hukum dan HAM. Mau ngotot terus-terusan sampai kapan?" ujarnya.
Dave pun khawatir, apabila tak kunjung melaksanakan rekonsiliasi, partai berlambang pohon beringin itu tidak dapat berpartisipasi dalam pemilihan kepala daerah 2017. "Golkar akan benar-benar tidak bisa ikut pilkada atau bekerja apa pun karena sifat keras kepala para elite tersebut. Kita mau bekerja untuk kesejahteraan rakyat atau hanya mempertahankan kekuasaan?" tuturnya.
Dalam rapat konsolidasi pimpinan yang digelar kepengurusan Golkar hasil Munas Bali pada 5 Januari kemarin, kubu yang dipimpin Aburizal Bakrie itu sepakat tidak melaksanakan munas bersama hingga kepengurusan mereka berakhir pada 2019. Padahal kepengurusan Golkar hasil Munas Ancol yang dipimpin Agung Laksono menginginkan adanya munas bersama.
Hari ini, Mahkamah Partai Golkar akan menggelar rapat internal untuk merumuskan rekomendasi-rekomendasi bagi Golkar, salah satunya dengan menyelenggarakan munas bersama. Hal itu diambil setelah beberapa pihak dari Golkar meminta Mahkamah Partai Golkar segera bersidang untuk menyelesaikan konflik di tubuh Golkar.
ANGELINA ANJAR SAWITRI