TEMPO.CO, Jakarta - Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menargetkan jumlah TKI yang berketerampilan mencapai 70 persen untuk tahun ini. Saat ini, perbandingan jumlah TKI terampil yakni 55 persen dan 45 persen untuk TKI non terampil.
"Kami akan memberikan pelatihan kepada TKI yang akan berangkat ke luar negeri dan memastikan mereka sudah terampil," kata Deputi Kerjasama Luar Negeri dan Promosi BNP2TKI Elia Rosalina saat dihubungi, Jumat, 1 Januari 2015.
Elia menerangkan target tersebut dimaksudkan untuk mengurangi tingginya angka TKI yang disiksa, bahkan dibunuh majikannya di luar negeri. Kasus kriminal tersebut, disebabkan keterampilan dan pengetahuan TKI yang kurang. Nantinya, TKI akan mendapatkan sertifikat keterampilan sesuai bidang yang diinginkan.
Ia menyatakan ke depan tak ada lagi TKI, khususnya untuk pembantu rumah tangga mengerjakan segala apa yang diperintahkan majikan. Tenaga kerja tersebut berlaku secara spesifik, misalnya menjadi juru masak, merawat bayi, atau merawat orang tua.
"Kalau keterampilannya banyak, dia akan mendapatkan sertifikat banyak dan gaji yang berlipat juga," ujarnya. "Bukan seperti sekarang yang gajinya satu tapi melakukan segala pekerjaan."
Tak hanya itu, kata Elia, BNP2TKI sedang memproses penilaian seluruh agensi TKI. Agensi ini akan diberikan rating kelayakan pengiriman TKI. Bila agensi tersebut tak bertanggung jawab terhadap peningkatan keterampilan TKI, pemerintah akan mencabut izinnya dan melarang kegiatan pengiriman TKI.
Selain pelatihan pra keberangkatan, BNP2TKI juga akan memberikan pelatihan purna TKI. Mereka yang telah kembali ke Indonesia akan diberikan pengarahan untuk membuka usaha sendiri.
Biasanya, Elia berujar, BNP2TKI bekerja sama dengan bank pemerintah dan lembaga pelatihan milik pemerintah atau swasta untuk memberikan pengarahan tersebut. "Kami mengarahkan bagaimana cara memanfaatkan gaji yang sudah didapat, apa saja peluang bisnis yang bisa dijadikan usaha."
Sebelumnya, pemilik Ciputra Grup, Ciputra memberikan pembekalan inspirasi usaha kepada 150 TKI di Hong Kong pada 27 Desember 2015. Selain Ciputra, ada tiga pemateri lainnya yang mengajar para TKI yakni Direktur Utama Ciputra Grup, Harun Harjadi dan Junita Ciputra, serta Direktur UCEC Antonius Tanan. Mereka memberi materi tips berbisnis secara tepat.
Elia mengapresiasi inisiatif Ciputra tersebut. Ia berencana akan memperbanyak kerja sama dengan perusahaan swasta untuk kegiatan serupa. "Kalau dalam rangka mencerdaskan TKI, kenapa tidak," tuturnya.
Saat ini, jumlah TKI yang tersebar di beberapa negara yakni sekitar 6 juta orang. Berdasarkan tren pada tahun sebelumnya, jumlah total TKI menurun sekitar 300-400 ribu orang. Menurut Elia, penurunan ini dipengaruhi perekonomian Indonesia yang membaik atau perekonomian negara tujuan tidak bisa terlalu diharapkan. "Sehingga, mereka beranggapan sama saja kerja di dalam atau luar negeri," kata Elia.
DEWI SUCI | RUSMAN P.