TEMPO.CO, Cirebon - Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Cirebon mulai memanfaatkan gas metana dari sampah yang dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA) Kopiluhur, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti. Pemanfaatan akan maksimal selama musim hujan.
Hal itu diungkapkan Kepala DKP Kota Cirebon Taufan Bharata pada Selasa, 2 Desember 2015. “Instalasinya sudah kami pasang sekitar dua bulan lalu,” katanya. Hanya, saat musim kemarau, gas metana yang dihasilkan dari tumpukan sampah tersebut tidak terlalu banyak karena menguap bersama panas. Namun, pada musim hujan nanti, gas metana yang dihasilkan dari tumpukan sampah tersebut mulai meningkat. “Saat itu bisa kita manfaatkan secara maksimal,” ujarnya.
Taufan menjelaskan, sudah 100 rumah penduduk yang berada di dekat TPA Kopiluhur yang sudah terpasang pipa untuk menyalurkan gas metana tersebut. Namun saat ini gas metana baru dimanfaatkan untuk kantor milik DKP yang ada di TPA Kopiluhur. “Karena gas metana yang dihasilkan masih sedikit,” katanya. Namun, jika musim hujan tiba, gas metana yang dihasilkan pun lebih banyak sehingga diharapkan bisa menjadi bahan bakar untuk 100 rumah warga yang ada di sekitar TPA. “Rumah terdekat berjarak sekitar 300 meter dari lokasi TPA Kopiluhur.”
Dengan pemanfaatan gas metana ini, Taufan berharap ledakan besar akibat sampah yang bertumpuk bisa dihindari. “Jika terus dibiarkan menumpuk, sampah itu sewaktu-waktu bisa saja meledak dan terjadilah kebakaran dan longsor karena gas metana yang tidak dimanfaatkan,” tuturnya. Kebakaran terutama bisa terjadi saat musim kemarau sehingga, saat musim hujan, gas metana yang banyak dihasilkan dari tumpukan sampah pun bisa dimanfaatkan.
Jika uji coba ini berhasil, Taufan mengaku akan meminta tambahan dana dari APBD Kota Cirebon pada 2016 agar bisa menambah rumah-rumah warga yang akan dipasang pipa penyaluran gas metana. Penduduk pun bisa menikmati gas metana ini secara gratis di rumah mereka.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebersihan DKP Kota Cirebon Jajang Y.S. mengungkapkan, ada 23 titik yang digali untuk pengambilan gas metana di TPA Argasunya. “Penggalian dilakukan dengan kedalaman 20 meter untuk pengambilan gas metana,” ucapnya. Penggalian sampah, menurut Jajang, tidak semudah menggali tanah biasa. Sebab, sifat sampah mengikat satu sama lain.
IVANSYAH