TEMPO.CO, Blitar – Mohammad Andri Ariyanto, 10 tahun, gantung diri di kamarnya pada Sabtu pekan lalu. Jasad Andri ditemukan tergantung di kamarnya dengan leher terikat tali pramuka. Tindakan nekat Andri tergolong tak lazim untuk anak seusianya.
“Dugaan sementara, murni bunuh diri,” kata Kepala Subbagian Hubungan Masyarakat Kepolisian Resor Blitar Ajun Komisaris Wisnu Wardhana, Senin, 2 Oktober 2015.
Menurut Wisnu, dugaan sementara, siswa kelas IV sekolah dasar itu nekat mengakhiri hidupnya karena tak tahan diejek teman-temannya soal sepatunya yang sudah butut.
Jasad siswa SD Negeri Suko Anyar II, Kecamatan Kesamben, ini pertama kali ditemukan Santi, sepupu korban yang berusia 15 tahun. Kala itu, Santi masuk ke kamar Andri dengan maksud ingin meminjam bantal. Ia terkejut melihat tubuh Andri sudah tergantung di kamar.
Menurut keterangan Santi, sebelum bunuh diri, Andri sempat bermain bersama dia di halaman. Namun Andri mengaku mengantuk dan pamit masuk ke dalam rumah. Santi sempat melihat Andri menutup pintu kamarnya dari dalam.
Polisi tidak menemukan bekas tindak kekerasan pada tubuh korban. Meski demikian, penyidik terus memeriksa keluarga dan sejumlah teman sekolah Andri untuk mengungkap motif bunuh diri tersebut.
Andri lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang serba kekurangan. Ayahnya, Imam Sahroni, 50 tahun, bekerja sebagai buruh tani. Adapun ibunya, Nuraini, bekerja di Malaysia sejak Andri berusia 3 tahun.
Imam Sahroni mengakui, beberapa hari terakhir, anaknya sering merengek minta dibelikan sepatu. Namun, karena belum punya uang, Imam tidak dapat memenuhi permintaan Andri. “Padahal saya sudah mau membelikan dalam waktu dekat ini," ucap Imam.
Imam tak menampik anaknya kerap mengeluh merasa malu karena diejek teman-temannya soal sepatunya yang sudah butut. Namun Imam tidak menyangka anaknya tidak kuat dirisak hingga nekat gantung diri.
HARI TRI WASONO
Baca juga:
Suap Dokter=40 % Harga Obat: Ditawari Naik Haji hingga PSK
Terkuak, 40% dari Harga Obat Buat Menyuap Dokter