TEMPO.CO, Ponorogo - Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri mengatakan pihaknya intens memantau para tenaga kerja asal Indonesia di Tukri dan Suriah. Upaya ini dilakukan untuk mencegah mereka direkrut menjadi pengikut Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"TKI yang di sana terus dipantau. Atase tenaga kerja terus membangun komunikasi dengan mereka," kata Hanif saat berkunjung ke Ponorogo, Rabu, 25 Maret 2015.
Menurut dia, hingga saat ini ada beberapa warga Indonesia yang bekerja di Turki dan Suriah, meskipun jumlahnya tidak banyak. Saat ditanya jumlah riilnya, Hanif mengaku tidak hafal lantaran tidak membawa data tertulis.
"Datanya saya lupa, yang jelas tidak banyak," ujar Hanif setelah menyerahkan asuransi kecelakaan kepada keluarga Yuni Indah, tenaga kerja Indonesia di Singapura asal Ponorogo yang menjadi korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501.
Kendati jumlah tenaga kerja Indonesia di Turki dan Suriah sedikit, menurut Hanif, kemungkinan mereka bergabung ISIS tetap ada. Sebab, warga Indonesia di luar negeri, terutama Timur Tengah, menjadi incaran untuk direkrut menjadi pengikut ISIS.
"Kalau modus-modus seperti itu mungkin saja ada. Maka, Kementerian Ketenagakerjaan dan BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI) betul-betul mewaspadai kasus seperti itu," kata Hanif.
Apabila ada tenaga kerja legal yang menjadi pengikut ISIS, Hanif yakin akan mudah terlacak. Sebab, mereka telah terdata di Dinas Tenaga Kerja kabupaten/kota tempat asalnya dan BNP2TKI. Selain itu, mereka mengikuti pelatihan dan diberangkatkan oleh penyalur resmi.
Jika ada tenaga kerja yang menjadi pengikut paham radikal, Hanif menegaskan, mereka bukan yang berangkat ke luar negeri dengan memenuhi prosedur pemerintah. "Sekali lagi, menjadi TKI itu harus melalui proses rekrutmen, asuransi yang merupakan jalur pemerintah. Tidak semua orang yang ke luar negeri adalah TKI," kata dia.
NOFIKA DIAN NUGROHO