TEMPO.CO, Pontianak - Palang Merah Indonesia (PMI) membutuhkan sekitar 4,8 juta kantong darah, namun baru tersedia 3,8 juta kantong. Ketua Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla mengatakan, idealnya kebutuhan darah mencapai 2 persen dari jumlah penduduk suatu daerah. Di Indonesia, jumlah pendonor darah dalam setahun hanya mencapai 1,3 juta saja.
"Maka kita masih kekurangan," kata Kalla, saat melantik Ketua PMI Kalimantan Barat di Pontianak, Senin, 21 Januari 2013. Ia meminta tiap daerah aktif mengkampanyekan masyarakat untuk menyumbang darahnya.
Menurut Kalla, semakin maju suatu negara, kebutuhan akan darah semakin banyak akibat pola hidup. Sebagai contoh, kebutuhan darah di Amerika Serikat mencapai 5 persen dari jumlah penduduk. "Perubahan gaya hidup, ekonomi, ikut mempengaruhi kebutuhan akan darah," kata dia.
Untuk itu, kata Kalla, PMI di tiap daerah ditantang untuk menjemput bola terhadap persediaan darah. Saat ini PMI bekerja sama dengan swasta memperbanyak unit transfusi darah yang akan berkeliling mencari pendonor darah.
"PMI juga buka gerai di pusat-pusat keramaian dan tempat-tempat ibadah," katanya. Di samping itu, organisasi yang dipimpinnya juga kerap membuat agenda rutin yang bekerja sama dengan instansi pemerintah, swasta, dan lembaga-lembaga sosial yang konsen dalam persoalan ketersediaan darah.
Dia mengakui, dari pemeriksaan langsung ke lapangan, ketersediaan darah di unit-unit transfusi darah yang dimiliki oleh PMI rata-rata memiliki stok darah masih sedikit. Begitu juga dengan ketersediaan peralatan pengolah darah di gudang. Di Kalimantan Barat, misalnya, dengan jumlah penduduk yang mencapai 5 juta jiwa, idealnya mempunyai dua unit kendaraan tranfusi darah. Kenyataannya, mereka baru mempunyai satu unit kendaraan tranfusi darah.
ASEANTY PAHLEVI