TEMPO.CO, Jakarta - Nama Jawa Barat dinilai kurang mewakili etnis Sunda. Sebagian kalangan mengusulkan penggantian nama itu menjadi Provinsi Pasundan. "Nama itu (Jawa Barat) bisa jadi penyebab orang dan budaya Sunda kurang berdaya," kata Ketua Forum Diskusi Nyaah ka Dulur, Adjie Esa Poetra, saat diskusi di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Jumat, 9 November 2012.
Adjie mengutip sejumlah data dari Badan Pusat Statistik selama periode 2009-2010. Catatannya, urutan pengangguran Jawa Barat di posisi ke-31 tingkat nasional, peringkat kemiskinan di urutan ke-24, serta angka partisipasi SMP dan SMA di peringkat ke-22 dan 32. "Menurut ahli sejarah Richard L Dixon, suku Sunda termasuk yang kurang populer di dunia," katanya.
Jika tetap mempertahankan nama Jawa Barat, menurut Adjie, budaya dan kekayaan lokal Sunda akan lenyap. Kalau tidak diganti dengan nama yang lebih nyunda, tokoh dan pemimpin di Jawa Barat sulit melakukan perubahan. "Untuk mengganti nama Jawa Barat tidak perlu takut dianggap sukuisme, di Indonesia harusnya sudah lumrah," katanya.
Salah satu nama baru yang muncul yaitu Provinsi Pasundan. Guru Besar Ilmu Pemerintahan Universitas Padjadjaran Dede Mariana mengatakan aspirasi perubahan nama Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan harus disalurkan ke DPRD dan DPR RI. "Perspektif politik identitas dan identitas politik dapat dijadikan dasar untuk wacana nama Provinsi Pasundan," ujarnya.
Menurut Dede, ada beberapa alasan yang mendasari pergantian nama dari Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan, salah satunya untuk mempertegas identitas masyarakat Sunda, juga mengikat budayanya.
ANWAR SISWADI
Terpopuler:
Korupsi Pelat Nomor Bisa Jadi Cicak vs Buaya Baru
Inikah Lima Nama yang Disebut Dahlan Iskan?
Banjir Rendam Rumah Ketua DPR Marzuki Alie
Wayan Koster: Bayu Bohong Besar
Saingi Rieke-Teten, Golkar Siap Gandeng PPP