TEMPO.CO, Malang - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bakal melakukan modifikasi cuaca untuk menciptakan hujan buatan di wilayah Malang dan sekitarnya. Menurut Pelaksana Teknis BPPT, F. Heru Widodo, pembuatan hujan buatan itu dilakukan atas permintaan Perusahaan Umum Jasa Tirta I untuk menambah pasokan air ke waduk-waduk yang mengering.
"Modifikasi cuaca dilakukan dengan menyemai bedak garam di sejumlah titik," kata Heru, Rabu, 24 Oktober 2012. Proses penyemaian hujan buatan dilakukan sebanyak 36 kali mulai akhir Oktober hingga November mendatang.
Penyemaian garam dilakukan menggunakan pesawat jenis Cassa, bekerja sama dengan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang TNI Angkatan Udara. Setiap penerbangan akan disebar bedak garam sebanyak 800-1.000 kilogram. Sebaran bedak garam disesuaikan dengan potensi awan di Malang.
Untuk memastikan posisi awan, BPPT menggunakan sebuah radar yang memiliki jangkauan sejauh 50 kilometer. Hujan buatan dilakukan untuk menambah pasokan air ke aliran Sungai Brantas, terutama untuk memasok Waduk Sutami di Karangkates, Kabupaten Malang.
Hujan buatan sebanyak 36 kali dianggap mencukupi. Namun, jika dirasa masih dibutuhkan tambahan volume air untuk memasok kebutuhan waduk, maka penyemaian hujan buatan akan dilanjutkan. Evaluasi, menurut dia, dilakukan pada 20 hari pertama. "Tingkat elevasi atau ketinggian waduk juga dipantau," katanya.
Setiap hujan buatan, dia menambahkan, dibutuhkan anggaran sebesar Rp 113 juta. Anggaran itu digunakan untuk menyebar bedak garam, biaya operasional, termasuk sewa pesawat dan material.
Kepala Biro Manajemen Pengembangan Usaha dan Teknologi Perum Jasa Tirta I, Alfan Riyanto, mengaku menyiapkan anggaran sebesar Rp 3 miliar. Dia berharap hujan buatan bisa menambah pasokan volume air waduk Sutami. "Untuk saluran irigasi, bahan baku air minum, pembangkit listrik, dan industri," katanya.
Pasokan air di sejumlah waduk yang dikelola Perum Jasa Tirta digunakan untuk mengairi sekitar 121 ribu hektare sawah dari total 300 ribu sawah di Jawa Timur atau mengairi saluran irigasi untuk 30 persen sawah di Jawa Timur. Selain itu, waduk di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas meliputi Sutami, Selorejo, Wonorejo, dan Bening berfungsi untuk mengendalikan banjir saat musim hujan.
Curah hujan di kawasan DAS Brantas rata-rata 1.930 milimeter. Sekitar 80 persen jatuh pada musim penghujan selama enam bulan. Waduk, katanya, dibangun untuk menampung air hujan dan berfungsi mengendalikan keseimbangan pasokan air yang berbeda antara musim kemarau dan musim hujan.
Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Gesofisika (BMKG) Karangploso, Malang, memprediksi awal musim penghujan mulai Oktober atau November. Sedangkan sepanjang September kemarau, tak ada bibit hujan di sekitar Malang. "Umumnya, hujan baru mulai akhir November," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG, Subekti.
Menurut dia, musim kemarau masih terjadi sepanjang Oktober. Hal ini ditunjukkan dengan kuatnya angin monsun timuran dari Benua Australia menuju Benua Asia. Sepekan ke depan, cuaca cerah dan berawan. Selama seminggu ini, katanya, kondisi suhu udara panas, kering, dan dingin.
EKO WIDIANTO
Berita Terkait:
Gates Sponsori Toilet Ramah Lingkungan
BNPB Siapkan Hujan Buatan
Kembang Api Bikinan BPPT Bisa Memanggil Hujan
Menciptakan Hujan Buatan dengan Laser
Indonesia Akan Bikin 1.000 Roket