Pada kesempatan itu, Gus Dur mohon doa kepada para pendukungnya agar dapat selamat sampai di Amerika dan kembali ke Indonesia. Dia juga mengimbau kepada para pendukungnya untuk tetap sabar dan menahan diri agar tidak melakukan kekerasan karena perjuangan untuk menegakkan demokrasi masih panjang. “Tidak mudah menegakkan demokrasi, apalagi di tengah-tengah para pemimpin yang terpelajar tapi tertutup hati nuraninya,” kata GusDur yang disambut tepuk tangan pendukungnya.
Dalam pidato selama 10 menit itu, Gus Dur juga berjanji bahwa dirinya akan konsisten bersama rakyat menegakkan demokrasi dan konstitusi. “Kita tegakkan demokrasi walau dengan cucuran darah dan air mata,” kata dia.
‘Upacara’ pelepasan Gus Dur yang akan bertolak ke luar negeri untuk berobat diawali dengan lagu ‘Indonesia Raya’, dan dihadiri empat orang tokoh agama. Agama Hindu diwakili Dr Nyoman Widhi, dari Agama Budha hadir Abayananda, dari Kong Hu Chu oleh Candra S Mulyadi, dan dari agama Islam yakni Habib Abdullah Alwi.
Selain itu juga hadir cucu pertama Gus Dur, Parikesit, yang digendong oleh ibunya, Lisa, anak pertama Gus Dur. Upacara ini berlangsung selama 45 menit, diakhiri dengan lagu ‘Padamu Negri’. Iring-iringan rombongan mantan Presiden Wahid langsung menuju Bandara Soekarno Hatta Cengkareng. (Nurakhmayani)