TEMPO.CO, Jakarta - Menulis adalah bertamasya menjelajah dunia, dengan kata-kata. Leila S. Chudori, penulis novel "Pulang", peraih Katulistiwa Award 2013, kembali mengasuh "Klinik Menulis Fiksi - Angkatan Kedua", yang digelar Tempo Institute. Kelas akan berlangsung dalam lima kali pertemuan, diawali pada 17 Maret 2016, di Gedung Tempo, Jakarta.
"Buat Anda yang ingin mengasah pena, menajamkan keterampilan menulis, kelas ini sangat cocok," kata Manajer Pelatihan Menulis Reguler Tempo Institute, Martin Ramb, di Jakarta, Selasa, 8 Maret 2016. Kelas menulis fiksi ini akan dimulai pada 17 Maret 2016. Selama lima kali pertemuan mendatang, peserta akan diajarkan membuat outline cerita, plot, dan meniupkan ruh pada tokoh cerita.
Baca Juga:
Leila, yang juga wartawan Tempo, dikenal piawai megolah kata-kata dan plot cerita. "Setiap huruf berloncatan mencari jodoh membentuk kata; setiap kata meliuk, melesat, dan mungkin bertabrakan dan rebutan mendapatkan jodoh untuk membentuk daya puitik. Setiap huruf mempunyai ruh, mempunyai nyawa dan memilih kehidupannya sendiri," begitu tulis Leila dalam novel Pulang.
Leila dikenal sebagai penulis sejak remaja, dengan deretan karya, antara lain "Empat Pemuda Kecil", "Seputih Hati Andra", kumpulan cerpen "Malam Terakhir", dan kumpulan cerpen "9 Dari Nadira". Leila juga penulis skenario serial televisi, yakni "Dunia Tanpa Koma" dan "Drupadi".
Tahun lalu, "Kelas Menulis Fiksi - Angkatan I" diikuti peserta dengan beragam latar belakang. Ada guru sekolah menengah, dosen, karyawan, penulis pemula, dan juga ibu rumah tangga. Dalam lima kali pertemuan, Leila mengajak peserta bertamasya kata-kata dengan memberi bahan bacaan yang beragam, mulai dari JD Salinger, Alice Munro, sampai Umar Kayam sampai NH Dini.
Dengan telaten, Leila juga menemani peserta menulis cerita pendek, diawali dengan proses menggali ide, mengembangkan plot cerita, sampai memilih diksi yang tepat. "Senang banget bisa belajar dengan mentor sekaliber Mbak Leila," kata Fadjriah Nurdiasih, 35 tahun, salah satu peserta "Klinik Menulis Fiksi Angkatan I".
Setelah mengikuti kelas menulis, Fadjriah telah menghasilkan dua cerita pendek, yakni “Takdir di Perlintasan” yang diterbitkan oleh komunitas "Nulis Buku", pada Nopember 2015, dan cerpen "Karena Warna Itu Merah" yang dimuat di majalah Femina pada 31 Juli tahun lalu. Bagi Fadjri, panggilan akrab ibu dua anak ini, menulis fiksi dapat menghilangkan stres. “Menulis itu buat aku terapi. Saat pusing dengan kerjaan, bosan dengan rutinitas, atau lagi ada masalah keluarga,” katanya.
Tempo Institute adalah sayap Grup Tempo, di bawah naungan Yayasan Tempo 21 Juni, yang berdedikasi pada peningkatan kualitas jurnalistik dan tulis-menulis. Kelas ini dirancang hanya dengan peserta yang terbatas, demi kualitas interaksi yang terjaga. Anda yang tertarik mengikuti kelas menulis ini dapat mendaftar di bit.ly/pendaftaranmenulis, atau menghubungi Martin Rambe di +6281288151738 atau twitter@TempoInstitute.
MCH