Dari pengamatan Tempo, kain panjang itu berwarna hitam dan ditulisi kalimat berbahasa arab dengan tinta cat putih. Tempo kesulitan membacanya karena hanya bisa melihat tulisan dari jendela. Kebetulan, saat Selasa siang pintu ruangan aula tersebut terkunci.
Sekilas, di kain panjang itu ada kalimat arab berisi doa karena ada kata "assalamualaika". Ada juga kata fathimah (putri nabi Muhammad) dan kata "asyura" serta "karbala."
Akibat serbuan massa ini, para imigran kemudian diamankan oleh personel dari Kepolisian Resort Bantul. Sebanyak 30 imigran kemudian diinapkan di Kantor Polres Bantul pada Senin malam.
Bangkit, yang sehari-hari mengurusi administrasi para imigran, mengaku tidak banyak mengetahui latar belakang keyakinan mereka. Rata-rata dari mereka hanya bisa berkomunikasi dengan orang Indonesia memakai bahasa Inggris yang terbata-bata. "Mereka susah berkomunikasi karena bahasa Inggrisnya susah kami pahami," kata Bangkit.
Di catatan Bangkit, semua imigran yang terusir dari Pondok Pemuda Ambarbinangun di Senin malam terdiri dari laki-laki. Usianya beragam dari belasan tahun hingga 40-an. Satu imigran asal Myanmar, sisanya dari berbagai kota di Afghanistan.
Menurut Bangkit, mereka datang di Pondok Pemuda Ambarbinangun secara bergelombang. Sebagian ada yang sudah tinggal sebulan di sana dan lainnya baru beberapa hari. "Mereka kiriman dari tempat penampungan imigran yang kelebihan orang di berbagai lokasi milik keimigrasian," kata dia.
Adapun Kepala Kepolisian Resort Bantul, Ajun Komisaris Besar Dadiyo mengatakan menurunkan satu pleton polisi untuk mengamankan para imigran dari serbuan massa pada Senin malam. Hasil koordinasi antara polisi dan IOM (International Organitation For Migration), lembaga yang selama ini aktif membantu para imigran, memutuskan mereka diinapkan di Polres Bantul selama semalam.
Setelah menginap semalam di Kantor Polres Bantul, mereka dipindahkan ke tempat penampungan lainnya. Dadiyo mengatakan tidak mengetahui lokasi baru untuk penampungan para imigran. "Pada Selasa pagi, mereka kami serahkan ke Dinas Sosial DIY dan IOM," kata Dadiyo.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM