TEMPO.CO, Surabaya -Warga sekitar semburan lumpur di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gondang, Kabupaten Nganjuk diminta tidak panik. Sebab meski volumenya meningkat, semburan dari dasar tanah itu tak berbau menyengat seperti lumpur Lapindo di Sidoarjo.
"Kemungkinan yang menyembur itu air artesis atau sumur tertekan," kata pakar geoteknik Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Amien Widodo, saat dihubungi Tempo, Kamis, 7 Mei 2015.
Amien menuturkan kemungkinan itu bisa terjadi mengingat terdapat dua jenis air tanah. Pertama ialah sumur bebas, yakni sumur dangkal seperti hasil penggalian tanah oleh penduduk. "Orang menggali lubang, lalu muncul air tinggal menciduk," kata dia.
Kedua ialah sumur tertekan. Sumur jenis ini menimbulkan pancaran air bertekanan tinggi, bahkan ketika kulit bumi terdapat sobekan sedikit saja. "Biasanya, daerah yang berada antara gunung dan dataran yang berdekatan akan memunculkan air artesis. Sebab, air dari pegunungan masuk ke dataran dan akan menimbulkan tekanan tinggi," kata Amien.
Menurut Amien, selama semburan lumpur di Nganjuk tak berbau gas, warga tak perlu panik. Apalagi kini di Jawa Timur musim penghujan masih terjadi. "Karena hujan terus menerus, wajar jika isi tanah penuh dan menimbulkan tekanan tinggi," ujar dia. Amien menyarankan, jika memungkinkan semburan lumpur tersebut dijernihkan saja. "Itu anugerah, karena tidak sampai susah-susah menggali."
Sebelumnya, penduduk di sekitar kompleks SMP Negeri 2 Gondang resah karena muncul semburan lumpur dari dasar tanah. Kemunculan semburan lumpur itu terjadi sejak sepekan terakhir. Makin hari kedalaman semburan makin bertambah dengan volume lumpur yang meningkat.
Saat ini kedalaman sumber diperkirakan telah mencapai 6 meter. Semburan lumpur terjadi secara simultan setiap 60 menit sekali dengan volume berbeda. Aktivitas semburan ini juga telah menyebabkan penurunan permukaan tanah di sekitarnya hingga 90 sentimeter.
Meski diwaspadai, semburan lumpur itu tidak terlalu berbahaya karena tidak disertai bau gas. Untuk sementara, kepolisian setempat memasang garis polisi di sekitar semburan untuk menjauhkan dari jangkauan anak-anak sekolah.
ARTIKA RACHMI FARMITA