Malam Jumat, terutama Jumat Pon, memang dipercaya sebagai hari paling baik untuk berziarah di tempat tersebut. Maraknya pemberitaan miring tentang lokasi itu tidak berpengaruh pada animo para peziarah untuk berkunjung. "Kalaupun terlihat lebih sepi, ini hanya gara-gara hujan," kata seorang warga, Susilo.
Namun, bagi pemilik warung di sekitar lokasi, beberapa pekan terakhir menjadi masa paceklik bagi mereka."Peziarah memang masih banyak, tapi pengunjung umum sudah tidak ada lagi," kata Gino, seorang pedagang makanan. Biasanya, pengunjung umum yang hanya ingin menikmati hiburan di tempat itu selalu berdatangan tiap malam, tidak harus menunggu malam Jumat Pon.
Mereka biasanya mencari hiburan, dari bersenang-senang di rumah-rumah karaoke hingga bertransaksi prostitusi. Tiap malam, jumlah pengunjungnya bisa ratusan hingga ribuan. "Sekarang sudah tidak ada lagi sejak didatangi para pejabat yang menyuruh untuk tutup," katanya. (Baca: Pemerintah Tertibkan Penginapan dan Karaoke Kemukus)
Seorang pengunjung yang mengaku berasal dari Jawa Timur mengatakan dirinya sudah sering berziarah ke lokasi tersebut. "Sekalian kulakan batik di Solo," kata peziarah itu. Menurut dia, usahanya berdagang kain semakin lancar sejak berziarah di Gunung Kemukus. Dia mengaku sama sekali tidak terganggu dengan gencarnya pemberitaan tentang lokasi itu.
Wisata ziarah Gunung Kemukus di Jawa Tengah menjadi pemberitaan media televisi Australia, Special Broadcasting Service (SBS). SBS adalah satu dari lima lembaga penyiaran dengan jaringan luas di Australia. Dalam program Dateline di SBS One yang berjudul "Sex Mountain", wartawan SBS Patrick Abboud bingung saat melihat praktek ritual seks di Gunung Kemukus yang bercampur dengan prostitusi
AHMAD RAFIQ