TEMPO.CO, Sleman - Harga pasir untuk bahan bangunan yang bersumber dari lereng gunung Merapi melambung. Setelah erupsi 2010, harga pasir per truk hanya Rp 80 ribu di lokasi. Kini, harganya mencapai Rp 120 ribu per meter kubik. Padahal satu truk bisa berisi 6 hingga 7 meter kubik.
Harga pasir di toko-toko bangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai Rp 1 juta per truk, bahkan lebih. Dulu, harga pasir satu truk di Kota Yogyakarta hanya Rp 350 ribu hingga Rp 450 ribu. Di luar DIY bisa mencapai Rp 1,5 juta per truk atau lebih tergantung jarak.
"Pasir sudah sangat berkurang di lereng Merapi paskaerupsi 2010. Harganya semakin mahal karena diangkut ke truk secara manual. Ditambah lagi harga bahan bakar minyak naik," kata Sriyono, Kepala Urusan Pembangunan, Desa Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, Kamis, 27 November 2014.
Mahalnya harga pasir dari material erupsi gunung itu sangat dipengaruhi oleh minimnya pasir, alat angkat, dan harga solar yang semakin melambung. Dulu, setelah erupsi 2010, di sekitar gunung Merapi ada sekitar 140 juta meter kubik material. Namun, seiring program normalisasi sungai dan aktivitas penambangan pasir, material semakin menyusut.
Selama empat tahun terakhir masyarakat di sekitar lereng gunung juga diuntungkan. Begitu pula para pengusaha pasir. Setiap hari ribuan truk mengambil pasir yang dijual ke berbagai daerah.
Lalu, pemerintah kabupaten Sleman melarang penambangan pasir di sungai yang berhulu gunung dengan alat berat atau backhoe. Warga dan penambang pasir hanya menambang dengan cara manual.
Karena pasir di sungai seperti Sungai Gendol, Opak, Kuning, dan Sungai Boyong semakin berkurang, penambangan beralih ke lahan warga yang teruruk material vulkanik. Namun, pemerintah juga membatasi penambangan pasir di lahan warga. Sebab, lahan yang dimiliki warga di lereng gunung itu merupakan lahan pertanian.
Pemerintah kabupaten Sleman mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2013 tentang Usaha Pertambangan Mineral bukan Logam dan Batuan. "Sekarang banyak backhoe yang nganggur, menambang pasir hanya secara manual," kata dia.
Menurut Heri Suprapto, Kepala Desa Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, meskipun hujan sudah mengguyur puncak gunung, namun material yang terbawa melalui sungai hanya sedikit. Saat ini, terutama di sungai Gendol, material yang turun dari hulu baru mencapai Dusun Kopeng. "Hujan di puncak belum begitu deras. Pasir belum turun melalui sungai-sungai dari hulu," kata Heri.
MUH SYAIFULLAH
Terpopuler
Jokowi ke Meranti, Warga Setempat Terharu
Elite Golkar: Ical Pengecut
Agung Laksono: Aburizal-Akbar Duet Maut
BBM Naik, Chatib: Alhamdulillah, Benar Sekali
Interpelasi Jokowi, Demokrat Malu-malu Mau