Sam Pa belum menanggapi permintaan untuk mengomentari cerita yang dipublikasikan oleh Financial Times itu. Pada dua kesempatan dalam percakapan telepon, ia berjanji, dalam bahasa Inggris beraksen, untuk menelepon kembali tapi ia tidak pernah melakukannya. Wartawan Financial Times, Tom Burgis, melacak perwakilan dari perusahaan Queensway di Harare, Conakry, dan Luanda tetapi mereka menolak permintaan wawancara. (Baca:Banjir Tawaran Minyak, Jokowi Diminta Waspada)
Pada Mei, Burgis mengunjungi menara perkantoran berkilauan di 88 Queensway di Hong Kong, lokasi perusahaan itu terdaftar. Ia diberitahu oleh petugas perusahaan bahwa tidak ada yang akan berbicara kepada saya. Jee Kin Wee, kepala departemen hukum untuk China Sonangol di Singapura, merespons beberapa email tapi tidak menjawab pertanyaan tentang interkoneksi antara Queensway dan China Sonangol. (Baca pula: Sam Pa, Surya Paloh, dan Kerajaan Neraka)
Sonangol EP atau Sociedade Nacional de Combustiveis de Angola EP, beberapa waktu lalu meneken kerja sama dengan Presiden Joko Widodo untuk mengekspor minyaknya ke Indonesia. Salah satu pemilik Sonangol, Sam Pa, yang menjadi pintu masuk bagi Indonesia untuk menggandeng perusahaan pemegang izin eksplorasi minyak dan gas di Negara Republik Angola itu.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menjadi orang di balik kerja sama Sonangol-Indonesia. Surya mengaku ia sudah berkawan lama dengan Sam Pa. "Sudah belasan tahun," ujar Surya saat wawancara dengan majalah Tempo, pekan lalu. Surya mengaku mengenal Sam Pa saat mereka bersama-sama bertemu di rumah gunting rambut di Singapura.
TIM TEMPO | FINANCIAL TIMES | LINDA TRIANITA