TEMPO.CO, Pemalang - Suara dentuman dari Gunung Slamet sudah tidak terdengar lagi dari Pos Pengamatan di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sabtu, 3 Mei 2014. "Suara dentuman yang berulang-ulang sejak dua hari lalu sudah tidak terdengar hari ini," kata Pengamat Gunung Api, Sukedi, Sabtu, 3 Mei 2014.
Meski pelepasan gas dari perut gunung itu tidak terdengar, Sukedi mengatakan tidak bisa menyatakan geliatnya Gunung Slamet sudah mereda. Sebab, aktivitas vulkanis gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa itu terpantau masih fluktuatif. "Dari pengamatan pukul 06.00 sampai 12.00, Gunung Slamet hanya mengeluarkan dua letusan abu," ujarnya. (Baca: Dentuman Keras, Gunung Slamet Makin Gendut)
Abu berwarna kelabu itu terlontar dengan ketinggian sekitar 500-600 meter dari puncak kawah. Intensitas dan ketinggian letusan abu kali ini juga lebih rendah dibandingkan Jumat lalu. Dalam rentang waktu pantauan yang sama, dari pukul 06.00-12.00 WIB, Jumat lalu, terjadi 16 kali letusan abu dengan ketinggian sekitar 300-1.000 meter.
Hari ini, jumlah gempa letusan dan gempa embusan dari gunung berketinggian 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu juga menurun dibandingkan Jumat lalu. Dari pukul 06.00-12.00 WIB, seismograf hanya merekam 19 kali gempa letusan dan 40 kali gempa embusan. Sedangkan Jumat lalu terekam 24 kali gempa letusan dan 59 kali gempa embusan. (Baca juga: Gunung Slamet Keluarkan Erupsi Tertinggi)
Selama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi belum mencabut status siaga, Sukedi mengimbau warga agar tidak beraktivitas di kawasan yang berjarak empat kilometer dari puncak Gunung Slamet. "Suasana permukiman warga di lereng Gunung Slamet masih kondusif," kata anggota SAR Muhammadiyah Pemalang, Abdul Rokhman.
DINDA LEO LISTY
Berita terpopuler lainnya:
Jokowi Nyapres, Ahok: Kacau-Balau Jakarta Ini
Tak Serahkan iPod, Boediono Bisa Dijerat Pasal Suap
Ahok: Jokowi Jangan On-Off