TEMPO.CO, Yogyakarta - Masyarakat Yogyakarta mengeluhkan situasi di kota mereka yang dianggap mulai banyak dihinggapi kasus kekerasan. Sekitar 60-an elemen pro-demokrasi yang bergabung dalam Masyarakat Anti Kekerasan Yogyakarta (Makaryo) mendeklarasikan Jogja Darurat Kekerasan di depan Pagelaran Keraton Yogyakarta, Kamis, 7 November 2013.
"Ada 18 kasus kekerasan yang masuk data kami sejak 1996. Hanya dua yang diproses hukum," kata Koordinator Umum koalisi itu, Beni Susanto saat ditemui di lokasi.
Kasus penganiayaan yang berakibat meninggalnya wartawan harian Bernas Fuad Muhammad Syafruddin mengawali kasus kekerasan yang tidak tuntas pengusutannya oleh polisi. Kasus terakhir adalah penyerangan peserta silaturahmi korban 1965 di Wisma Shanti Dharma di Godean, Sleman, pada akhir Oktober lalu oleh Front Anti Komunis Indonesia (FAKI).
Makaryo melaporkan kasus-kasus tersebut ke Dewan Perwakilan Daerah (DPD) setempat. Harapannya, DPD akan memfasilitasi pemanggilan terhadap para penanggung jawab pemerintahan, juga keamanan, di DIY. "Kami minta DPD memanggil Sultan dan Kapolda DIY untuk mencari solusi kasus ini," kata Beni.
Aksi dilakukan dengan membubuhkan tanda tangan para peserta aksi di atas kain putih. Kumpulan tanda tangan itu juga akan diserahkan kepada DPD pada hari yang sama.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Baca Berita Lainnya:
Siapa Diduga Terima Suap PON Riau
Jumhur: Pemulangan TKI Terkendala Penerbangan
Lorenzo: Beban Berat di Pundak Honda
Koboi Brimob, Psikolog: Polisi Stres Harus Ditangani
Ratu Atut Sering 'Malming' di Singapura