Awalnya, mami Dolly menyediakan perempuan hanya untuk memenuhi hajat seks tentara kolonial. Namun, dalam perkembangannya, lokalisasi tidak hanya menerima tentara Belanda, tapi terbuka untuk umum. Masyarakat kelas atas maupun kelas bawah bebas masuk ke kawasan itu.
Dolly pernah ditabalkan sebagai kawasan lokalisasi terbesar di Asia. Keberadaannya konon mengalahkan lokalisasi Patpong di Bangkok, Thailand, maupun Geylang, di Singapura. Saat masa keemasannya, Dolly memiliki jumlah PSK hingga 5.000 orang lebih.
Kini kondisi Dolly tak seramai dulu. Kampung tak jauh dari Pasar Kembang itu hanya menyisakan sebanyak 52 wisma dan 1.025 pekerja seks. Jumlah ini menyusut banyak dibanding empat tahun lalu dengan 1.500-an PSK. Pelan tapi pasti, kemeriahan Dolly yang seperti pasar malam itu bakal segera berakhir. Tinggal menghitung hari, Pemerintah Kota Surabaya akan menutup Dolly tahun ini atau awal tahun depan.
Lurah Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, Bambang Hartono, mengatakan 52 wisma itu jumlah yang resmi. Menurut dia, ada sejumlah wisma yang tak berizin yang dikelola RT dan RW setempat. Namun ia tak menyebutkan jumlah wisma tak resmi itu. Karena tidak berizin, wisma-wisma tersebut tidak memberikan kontribusi pajak usaha kepada pemerintah kota. "Mereka membayar uang keamanan dan kebersihan pada RT dan RW saja," kata dia. Selengkapnya, baca edisi khusus Dolly.
DIANANTA P. SUMEDI | ARIEF RIZQI HIDAYAT
Berita terkait:
PSK Dolly Dapat 30 Persen Tarif Layanannya
52 Wisma di Dolly Tak berizin
Dolly Van Der Mart Cikal Bakal Gang Dolly Surabaya
Dolly Siap Tutup Akhir Tahun Ini