TEMPO Interaktif, Bandung - Tubuhnya tak sempurna, tapi semangat Usep Rohmat, 17 tahun, untuk ikut ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) begitu tinggi. "Saya ingin jadi anggota DPR," katanya seusai ujian hari pertama di Institut Teknologi Bandung, Selasa 31 Mei 2011.
Sejak lahir, Usep tak punya telapak tangan kiri. Adapun tangan kanannya, hanya punya satu ibu jari. Kedua tangannya kurus dan kecil. Kaki kirinya pun juga hanya sebatas lutut.
Ketika menulis, ia menjepit pensil dengan kedua tangannya itu. Tapi ketika melingkari lembar jawaban ujian SNMPTN, ia merelakan tugasnya diambil seorang mahasiswi yang menjadi pengawas sekaligus pendampingnya. "Biasanya saya kerjakan sendiri seperti waktu ujian nasional," kata siswa lulusan SMAN 1 Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat itu.
Semangat mandirinya juga tinggi. Dia enggan memakai kaki palsu untuk menopang kaki kirinya yang hanya selutut. Alhasil, Usep harus meloncat-loncat dengan kaki kanannya saat berjalan. "Saya belum pernah pakai tongkat, nggak mau," katanya.
Usep sekolah jauh dari orang tuanya yang tinggal di Kampung Pagelaran, Kecamatan Pasir Kuda, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Anak keluarga petani itu tinggal di tempat kos seharga Rp 100 ribu per bulan di Desa Ciseupan, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung sejak tiga tahun lalu. Menjelang ujian SNMPTN, ia diberi tempat menginap oleh dosen Unpad Bambang Hermanto. Ia datang sendiri dengan angkutan umum tanpa didampingi orang tua.
Penggemar tayangan berita di televisi itu ingin menjadi politikus dan bisa duduk sebagai anggota DPR. Oleh karena itu, Usep menjadikan jurusan Sosial dan Politik Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama. Pilihan keduanya jurusan Ekonomi Syariah di Institut Pertanian Bogor, sedangkan pilihan ketiga peserta ujian IPC itu jurusan Kesejahteraan Sosial di Universitas Padjadjaran, Bandung.
Persiapan ujian pun mandiri. Usep hanya belajar bersama kawan-kawannya di tempat kos. "Tempat bimbingan belajar jauh, harus ke Bandung," ujarnya. Saat tes bidang studi dasar yang berjumlah 45 soal selama 1 jam pengerjaan, 8 soal di antaranya tak diisi. Namun, tes potensi akademik sebanyak 70 soal cukup banyak jawaban yang kosong.
Ujian SNMPTN 2011 di Bandung kali ini diikuti 13 orang dengan kebutuhan khusus. Sebanyak sembilan peserta berasal dari kalangan tuna netra, dua penderita low vision, dua orang tuna daksa, dan tiga peserta yang sakit.
ANWAR SISWADI