Bayi pasangan Moh. Arif dan Maftuha ini memang lahir tanpa lubang anus. Berat badan eka juga tak normal, hanya 3,5 kilogram. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah gedek berukuran lima kali lima meter di Dusun Lembung Timur, Desa Lembung Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan.
Arif ayah Eka, yang bekerja sebagai buruh tani mengaku enggan membawa anaknya berobat ke rumah sakit karena masalah biaya. Mereka memilih merawat Eka seadanya di rumah. Tiap kali mau buang air besar, ibu Eka membawa putrinya ke kamar mandi untuk membantu Eka buang air besar lewat kemaluannya. Rutinitas itu dilakukan saban hari.
Arif, 28 tahun ini mengaku sempat sekali membawa Eka periksa ke Rumah Sakit Umum Daerah Pamekasan. Namun dokter yang menangani tidak mampu memberikan perawatan karena peralatan medisnya kurang lengkap. Lalu Eka dirujuk ke Surabaya. Belum sempat diberi tindakan medis apa pun, Arif memilih membawa pulang kembali Eka ke rumahnya karena biaya yang dibutuhkan untuk mengoperasi Eka sangat mahal. "Buat makan sehari-hari saja susah mas," tuturnya.
Kepala Humas RSUD Pamekasan, dr Iri Agus Subaidi mengatakan sebenarnya yang diderita Eka tidak tergolong penyakit emergency yang butuh tindakan medis. Karena ada lubang pembuangan besar di lubang kemaluannya. Meski begitu, operasi tetap dibutuhkan agar Eka bisa menjalani hidup secara normal. Terlebih, kata Agus, saat ini usia Eka sudah delapan bulan sehingga bisa dilakukan operasi karena pertumbuhan jaringan tubuhnya sudah siap. Jika kesulitan dana, Iri meminta keluarga Eka segera mengurus kartu keanggotaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). "Kami siap memberikan yang terbaik untuk Eka," katanya.
MUSTHOFA BISRI