Karkono Kamajaya yang merupakan salah satu tokoh perintis pergerakan kemerdekaan Indonesia, meninggal dunia di RS Pantirapih Yogyakarta, Jumat (4/7) pukul 22.10 WIB. Karkono Kamajaya Partokusomo yang berusia 88 tahun, meninggalkan seorang isteri, dua orang anak serta dua cucu. Salah satu anaknya, Sasi Karini, tidak bisa mengantar kepergian ayahnya karena berada di Jerman. Ratusan pelayat mengantar kepergian Karkono, baik di pendopo Tamansiswa maupun di taman makam Wijaya Brata.
Mbak Sasi tidak bisa mengantar kepergian ayah. Mbak Sasi baru bisa berangkat dari Jerman nanti sore (kemarin sore, red) pukul 17.00, karena harus ngurus tiket pesawat," jelas Ir H Daryatmo Mardiyanto, salah satu keponakan almarhum, saat ditemui di pendopo Tamansiswa.
Menurut Herly, salah satu putra almarhum, pagi hari sebelum masuk rumah sakit, Karkono masih sempat menelepon Sasi Karini di Jerman. Biasa, Bapak kangen. Bapak minta agar Mbak Sasi pulang. Sore harinya Bapak dibawa ke RS Pantirapih, namun malam harinya wafat," jelas Herly.
Herly menambahkan, ayahnya meninggal akibat sakit tua. Bapak tidak pernah mengidap penyakit berat. Beliau memang mengidap vertigo. Sekitar dua tahun lalu beliau jatuh di kamar mandi. Sejak itulah kesehatan beliau mulai mundur," jelasnya.
Selain aktif dalam masa perjuangan kemerdekaan, Ki Karkono juga bergiat di berbagai media massa serta dunia perpolitikan. Pria kelahiran Sumberlawang. Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, 23 Nopember 1915, ini menjadi salah satu tokoh PNI di Surakarta maupun di Yogyakarta. Karkono juga pernah mendirikan Yayasan Panunggalan yang mengelola Javanologi yang bergerak dalam pelestarian kebudayaan Jawa. Ketua Pelaksana Javanologi Yayasan Panunggalan saat ini dipegang oleh Prof Dr drh Subronto.
Cerita yang diperoleh dari Prof Dr drh Subronto, Karkono pernah berjasa besar untuk membiayai perjuangan diplomasi maupun pengadaan persenjataan bagi para gerilyawan Indonesia dengan cara menyelundupkan candu. Tahun 1948 Karkono diangkat oleh Kementrian Keuangan RI menjadi anggota Staf Koordinasi Keuangan RI di Asia Tenggara, berkedudukan di Singapura. Tugas utamanya adalah menyelundupkan candu ke Singapura untuk membiayai Perwakilan-perwakilan RI di luar negeri dan pembelian alat-alat perjuangan, termasuk percetakan dan senjata. (Heru C.NTempo News Room)