TEMPO Interaktif, Sidoarjo - Kepala Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo, Ahmad Zulkarnaen, mengatakan sampai saat ini 80 persen lahan milik warga yang dibutuhkan untuk pembangunan sarana relokasi infrastruktur tol baru Porong sudah disepakati harganya.
"Sisanya 20 persen lahan masih proses negosiasi antara Panitia Pembebasan Tanah (P2T) dengan warga," kata dia, Minggu (12/10).
Menurutnya, tanah basah (persawahan) dihargai Rp 120 ribu, sedangkan tanah kering (pekarangan rumah) harganya bervariasi, tergantung lokasi. Untuk pekarangan di dekat jalan harganya lebih mahal.
Izul mengatakan, jika dari 20 persen sisa lahan yang belum terbebaskan tidak bisa dinegosiasi lagi, pembebasan akan ditempuh dengan jalan konsinyasi. "Itu kalau mentok, tapi ini kan masih nego," ucapnya.
Hal itu dibenarkan Kepala Sub Kelompok Kerja Relokasi Infrastruktur Tol Porong, Sumino. Lebih detail ia menjelaskan, dari lahan yang dibutuhkan 1.237.684 meter persegi, 1.016.813 meter persegi berada di Sidoarjo dan 220.871 meter persegi berada di Pasuruan.
Dari total lahan yang dibutuhkan, 80 persen lahan sudah sepakat harga, atau 9.094.671 meter persegi, sisanya 20 persen masih nego. Sedangkan untuk lahan yang sudah terbayar mencapai 53 persen, atau 653.655 meter persegi. Pembebasan lahan, lanjutnya, ditargetkan tuntas hingga akhir 2009. "Sehingga pada awal 2010 pembangunan fisik bisa dikerjakan," ujarnya.
Sampai saat ini, pembangunan fisik tol dengan panjang 10,9 kilometer dan lebar 60 meter itu baru sebatas tiang pancang saja. Pembangunan fisik, sesuai rencana dibangun empat tahap. Tahap pertama dibangun satu lajur mulai Desa Kali Sampurno, Kecamatan Tanggulangin, hingga Desa Siring, Kecamatan Porong ke arah selatan. Tahap kedua dilanjutkan mulai Desa Siring hingga Kelurahan Porong, Kecamatan Porong.
Lajur dua dibangun pada tahap ketiga, mulai Desa Kali Sampurno hingga Siring dan tahap keempat mulai Desa Siring hingga Porong. "Pembangunan dikerjakan tiga rekanan kontraktor," ujarnya.
MUHAMMAD TAUFIK