TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia menyampaikan keinginan bergabung dengan BRICS dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus di Kazan, Rusia, 23-24 Oktober 2024. Dalam keterangan pers Kementerian Luar Negeri RI pada Jumat, 25 Oktober 2024, Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono membeberkan alasan Indonesia ingin bergabung menjadi anggota BRICS.
“Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif. Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” kata Sugiono.
Sugiono juga melihat prioritas BRICS selaras dengan program kerja Kabinet Merah Putih, antara lain terkait ketahanan pangan dan energi, pemberantasan kemiskinan ataupun pemajuan sumber daya manusia. Lewat BRICS, Indonesia ingin mengangkat kepentingan bersama negara-negara berkembang atau Global South.
BRICS adalah kelompok informal yang awalnya beranggotakan Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan. Kelompok ini pertama kali diinisiasi pada 2006 untuk membahas isu-isu terkini global. Keanggotaannya diperluas pada 2023 dengan bergabungnya Ethiopia, Iran, Mesir, dan Uni Emirat Arab.
Keinginan Indonesia bergabung dengan BRICS itu mendapat tanggapan dari berbagai kalangan.
Anggota DPR RI Fraksi PKS Sukamta: BRICS Memberikan Peluang Besar
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sukamta mendukung langkah pemerintah Indonesia untuk bergabung dengan BRICS. Dia menuturkan upaya tersebut sejalan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, sekaligus memperkuat posisi Indonesia di panggung ekonomi global.
“Indonesia harus terus memperluas kerja sama internasional dan memperkuat posisinya dalam berbagai forum ekonomi dunia. BRICS memberikan peluang besar, namun Indonesia juga harus tetap menjaga keseimbangan dalam hubungan dengan mitra-mitra tradisional di Barat, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Ini penting agar kita bisa mengoptimalkan manfaat dari berbagai kerja sama yang ada,” ujar dia dalam keterangannya di Jakarta, Ahad, 27 Oktober 2024 seperti dikutip dari Antara.
Menurut dia, BRICS menawarkan berbagai peluang strategis bagi Indonesia yang diharapkan memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan aliran investasi asing, terutama dari negara-negara seperti Cina dan India.
“Ini juga membuka jalan bagi transfer teknologi dan inovasi yang bisa mendukung pembangunan infrastruktur dan industri dalam negeri,” kata dia.
Sukamta menyebutkan BRICS mewakili pasar-pasar ekonomi yang berkembang pesat. Dengan bergabung dengan BRICS, Indonesia akan memiliki akses yang lebih luas ke pasar-pasar nontradisional seperti Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan. Diversifikasi ini penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar-pasar utama di Barat.