INFO NASIONAL - Dalam upaya mempercepat pemulihan ekosistem mangrove yang menjadi bagian penting dari lingkungan pesisir, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menggelar acara bertajuk Youth Mangrove Action: Jaga Mangrove, Lestarikan Bumi di Balikpapan, Kalimantan Timur. Kegiatan yang berlangsung selama empat hari, 22-25 Oktober 2024, ini melibatkan 15 pemuda dari berbagai daerah. Mereka, yang berusia antara 15 hingga 25 tahun, berasal dari komunitas Relawan Mangrove SMA Negeri 8 Balikpapan dan kelompok volunteer Jabodetabek.
Program ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan partisipasi aktif generasi muda dalam upaya konservasi mangrove, sekaligus sebagai forum diskusi inovasi rehabilitasi ekosistem. Kepala Kelompok Kerja Kerjasama, Hukum, dan Hubungan Masyarakat BRGM, Didy Wurjanto, menjelaskan bahwa kegiatan ini memberikan ruang bagi generasi muda untuk berpartisipasi langsung dalam rehabilitasi ekosistem mangrove, yang sangat penting bagi perlindungan wilayah pesisir. "Harapannya, para peserta dapat membagikan pengetahuan dan pengalaman ini di komunitas mereka masing-masing," kata Didy.
Selama kegiatan, peserta Youth Mangrove Action mengunjungi beberapa lokasi, termasuk SMA Negeri 8 Balikpapan yang dijadikan contoh penerapan pelestarian mangrove di tingkat sekolah. Mereka juga mengunjungi Ibukota Nusantara, yang mengedepankan konsep Forest City, serta menyusuri hutan mangrove di Desa Mentawir. Para peserta turut mengikuti berbagai aktivitas interaktif untuk memahami langsung pentingnya ekosistem mangrove bagi perlindungan pesisir.
Tidak hanya melibatkan praktik di lapangan, peserta juga mendapatkan materi dari para pakar dan pegiat lingkungan setempat. Agus Bei, penerima penghargaan Kalpataru 2017 yang telah melakukan rehabilitasi mangrove sejak 2001, berbagi pengalamannya dalam pelestarian mangrove. Agus memulai aksinya untuk memulihkan hutan mangrove setelah melihat dampak hilangnya mangrove bagi masyarakat pesisir, seperti peningkatan banjir rob dan kerusakan pemukiman akibat angin kencang dari laut. "Pelestarian ekosistem ini tidak bisa berjalan dalam waktu singkat. Dibutuhkan puluhan tahun untuk memulihkan fungsi ekosistem mangrove. Saya mengapresiasi kehadiran BRGM dan peserta Youth Mangrove Action yang bersedia belajar dan mengenal pentingnya mangrove," kata Agus.
Sebagai bagian dari pelatihan, para peserta juga diajarkan penulisan citizen journalism untuk menyebarluaskan informasi melalui media sosial, website, dan blog. Langkah ini bertujuan agar generasi muda dapat secara efektif mengelola dan menyebarkan informasi terkait konservasi lingkungan ke publik.
Di Desa Wisata Mangrove Mentawir, para peserta bertemu Lamale, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tiram Tambun, yang membimbing mereka dalam mengolah berbagai produk berbasis mangrove, seperti sirup, dodol, kopi, dan teh. Produk-produk ini dikelola masyarakat setempat sebagai bagian dari pengembangan ekonomi lokal. "Saya kagum dengan semangat para peserta. Kehadiran mereka sangat membantu, dan saya berharap mereka bisa menyebarluaskan informasi tentang pentingnya mangrove dan produk kami," ujar Lamale.
Subhannudin, salah satu peserta Youth Mangrove Action, menyampaikan kesan positifnya. "Kegiatan ini bukan sekadar volunteer biasa. Kami diajak mengenal lebih dalam rehabilitasi mangrove dan interaksi dengan para pegiat lingkungan. Ini pengalaman berharga bagi saya, dan saya akan membagikan pengalaman ini melalui media sosial yang saya miliki," ujarnya. Subhannudin berharap BRGM dapat menyelenggarakan acara ini setiap tahun sebagai wadah bagi anak muda untuk mendalami ekosistem mangrove.(*)