Sekelompok orang tak dikenal melakukan intimidasi di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, terhadap aksi teatrikal 'Raja Jawa' yang digelar elemen masyarakat sipil, pada Jumat petang, 27 September 2024.
Sekelompok orang tak dikenal merebut paksa atribut yang dibawa massa aksi. Jumlah kelompok tak dikenal itu lebih banyak dari jumlah massa aksi.
Elemen masyarakat sipil awalnya menggelar aksi untuk menyuarakan melawan darurat demokrasi dan darurat iklim. Aksi ini digelar sebagai kritik terhadap berbagai peristiwa sosial politik yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
Dalam undangan aksi, massa disebut akan mengarak 'Raja Jawa' dan membacakan '7 deadly sins' dari rezim yang dianggap telah memperburuk kondisi demokrasi dan kelestarian lingkungan.
Massa aksi kemudian membubarkan diri sekitar pukul 15.37 WIB. Massa aksi saling bergandengan tangan ketika membubarkan diri. Mereka turut dikawal aparat kepolisian.
Beberapa bulan sebelumnya, pembubaran paksa forum diskusi juga terjadi di Denpasar, Bali pada Senin, 20 Mei 2024. Kala itu acara People’s Water Forum (PWF) 2024 di Institut Seni Indonesia, Denpasar, Bali diberhentikan paksa oleh ormas Patriot Garuda Nusantara (PGN). PWF 2024 merupakan acara tandingan World Water Forum (WWF) 2024 yang dibuka Presiden Jokowi di Bali.
PGN membubarkan kegiatan People’s Water Forum 2024 lantaran dinilai melanggar imbauan lisan Penjabat Gubernur Bali Mahendra Jaya. Adapun imbaun tersebut disampaikan dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah Bali, khususnya pada 18 hingga 25 Mei 2024 untuk WWF.
Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air (KRUHA), Reza Sahib, menuturkan, massa PGN berkali-kali mendatangi tempat kegiatan dan meminta pelaksanaan PWF 2024 dihentikan. Padahal, PWF 2024 adalah forum masyarakat sipil yang ditujukan sebagai ruang mengkritisi privatisasi air dan mendorong pengelolaan air untuk kesejahteraan rakyat.
Dalam membubarkan kegiatan, Reza mengatakan ormas PGN menggunakan cara-cara yang memaksa dan melanggar hukum. Dia mencatat, kelompok ini telah merampas banner, baliho, dan atribut agenda secara paksa. “Bahkan melakukan kekerasan fisik kepada beberapa peserta forum,” kata dia dalam keterangan tertulis, Senin, 20 Mei 2024.
Intimidasi ini bukan kali pertama diterima panitia PWF 2024. Sebelumnya, beberapa panitia juga telah mendapatkan intimidasi dan teror dari aparat negara yang meminta untuk tidak mengadakan agenda PWF tahun ini. Pembatalan beberapa tempat acara juga dilakukan, karena pengelola tempat mendapatkan intimidasi.
Pilihan Editor: SETARA Institute Kecam Aksi Premanisme Bubarkan Diskusi FTA oleh Orang Tak Dikenal, Singgung Polisi Tak Berbuat Apa-apa