INFO NASIONAL - Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, menghadiri acara peresmian Keraton Majapahit Jakarta, di Cipayung, Jakarta Timur. Menurutnya, Keraton Majapahit Jakarta adalah bentuk kebangkitan nasional bangsa Indonesia di bidang kebudayaan, demi membangun kepribadian bangsa yang berdaulat di bidang politik dan mandiri di bidang ekonomi nasional.
Keraton Majapahit Jakarta yang berada di daerah Cipayung Jakarta Timur ini merupakan replika dari sebagian Istana Raja Majapahit yang pernah ada di Jawa Timur pada tahun 1292-1526 M. Keraton Majapahit Jakarta ini memiliki sejumlah fasilitas layaknya Keraton Majapahit di Jawa Timur seperti Taman Madakaripura, Pendopo Maharaja Hayam Wuruk, Balairung Mahapatih Gajah Mada dan Alun-Alun Wilwatikta.
Ia menjelaskan, Kerajaan Majapahit didirikan pada tahun 1293 oleh Raden Wijaya, seorang menantu dari Kertanegara yang merupakan raja terakhir Singasari. Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan Hindu Budha terbesar di Indonesia yang berdiri pada abad ke 13 hingga abad ke 16 masehi dengan wilayah kekuasaan mencapai hampir seluruh nusantara.
Masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada di tahun 1350 hingga 1389 menjadi puncak kejayaan Kerajaan Majapahit. Semasa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mampu mempersatukan Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik atau Singapura serta beberapa wilayah Filipina.
"Keraton Majapahit Jakarta merupakan replika dari sebagian Istana Raja Majapahit yang pernah ada di Jawa Timur pada tahun 1292-1526 M. Melalui Keraton Majapahit Jakarta, kejayaan Kerajaan Majapahit kembali coba ditampilkan sebagai salah satu bukti bahwa kita adalah bangsa yang besar serta memiliki budaya yang kuat," kata Bamsoet.
Bamsoet menilai, keberadaan Keraton Majapahit Jakarta ini sangat dibutuhkan oleh generasi muda Indonesia untuk mengetahui serta mempelajari sejarah bangsa Indonesia. Terlebih, saat ini nilai-nilai global yang datang silih berganti, menghadirkan tantangan bagi eksistensi nilai-nilai kearifan lokal dan budaya bangsa.
"Penting bagi kita semua untuk bersama membangun ketahanan budaya bangsa. Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah menjadi pintu masuk bagi paham-paham dan budaya asing. Jika tidak disikapi dengan sungguh-sungguh, maka bukan tidak mungkin, ketahanan budaya kita akan semakin rapuh. Lambat laun kita akan kehilangan satu demi satu akar kebudayaan kita," kata dia. (*)