Menurut Airlangga, presiden terpilih periode 2024-2029 Prabowo Subianto juga terbuka kepada Jokowi. "Saya dengarkan, tentu Pak Prabowo, beliau juga terbuka dengan Pak Presiden," kata dia.
Airlangga menyebutkan tidak ada syarat tentang masa bakti untuk menjadi kader partai berlambang pohon beringin itu. "Kalau menjadi anggota kan tidak ada syarat," ujarnya.
2. Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia:
Partai Golkar tidak ingin berandai-andai perihal status keanggotaan Presiden Jokowi di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP. Wakil Ketua Umum Golkar Ahmad Doli Kurnia mengatakan selama ini belum ada pernyataan resmi dari Jokowi soal statusnya di PDIP.
“Kami juga nggak mau ge-er. Jangan-jangan masih PDIP. Jadi itu tergantung Pak Jokowi-nya,” ucap Doli di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta usai bertemu Menteri Sekretaris Negara Pratikno pada Kamis, 25 April 2024, ketika ditanya soal kemungkinan Jokowi masuk Golkar.
Doli menyebutkan, selama pertemuan dengan Pratikno, dia tidak membahas soal Jokowi masuk Golkar. Ketua Komisi II DPR ini mengaku hanya bersilaturahmi dan membahas mengenai UU Pilkada sebagai mitra pemerintah.
Kabar Jokowi bukan lagi anggota PDIP disampaikan oleh Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Bidang Kehormatan, Komarudin Watubun di Kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat pada Senin, 22 April 2024. Dia mengatakan Jokowi dan putranya Gibran Rakabuming Raka bukan lagi bagian dari partai berlambang kepala banteng itu.
Komarudin mengatakan Jokowi dan Gibran sudah bukan kader PDIP sejak Gibran memutuskan menjadi calon wakil presiden dari Prabowo Subianto.
Doli mengatakan Golkar tidak mau ikut campur soal keanggotaan Jokowi di PDIP. Namun mengenai kemungkinan Jokowi bergabung ke Golkar, Doli mengatakan bahwa partai sangat terbuka jika seorang presiden ingin masuk.
“Bagi siapa saja yang merasa aspirasinya sama, kepentingannya sama, cita-cita politiknya sama, ya, kami dengan senang hati menerima dengan tangan terbuka,” kata Doli.
DANIEL A. FAJRI | ANTARA
Pilihan editor: Golkar Lebih Mendorong Ridwan Kamil Maju di Pilkada Jabar daripada Jakarta, Apa Alasannya?