TEMPO.CO, Cilacap - Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Badan Sar Nasional atau KPP Basarnas Cilacap Adah Sudarsa mengatakan kapal nelayan Kilat Maju Jaya-7 yang hilang kontak di Samudra Hindia selatan Pulau Jawa belum diketahui keberadaannya hingga saat ini.
"Kami telah telusuri, dan kami bagi beberapa SRU (Search and Rescue Unit), karena daerah jangkauan kami terlalu jauh, luas, sampai 151 kilometer," kata Adah Sudarsa di Cilacap, Jawa Tengah, Selasa, 19 Maret 2024, dikutip dari Antara.
Oleh karena kapal Kilat Maju Jaya-7 sempat berwacana akan kembali ke Cilacap, kata dia, upaya pencarian terhadap kapal yang membawa 10 anak buah kapal (ABK) itu dilakukan hingga radius 30-40 mil laut.
Kronologi
Sebelum dilaporkan hilang kontak, lanjut dia, kapal Kilat Maju Jaya-7 yang dinakhodai Waidin diketahui berlayar beriringan dengan tiga kapal lainnya dalam perjalanan kembali ke Cilacap karena adanya cuaca buruk di Samudra Hindia selatan Jawa Timur.
Dalam komunikasi terakhir yang dilakukan pada hari Ahad, 10 Maret 2024, kapal Kilat Maju Jaya-7 bersama kapal Makmur Jaya-20 yang dinakhodai Sumaryo, Makin Jaya-2 yang dinakhodai Raino, dan Maju Jaya-28 yang dinakhodai Tarmuji sepakat untuk mencari tempat berlindung di Dermaga Pacitan karena ada badai di Samudra Hindia selatan Jawa Timur.
Akan tetapi, saat tiga kapal lainnya tiba di Dermaga Pacitan, kapal Kilat Maju Jaya-7 tidak diketahui keberadaannya karena komunikasinya terputus (hilang kontak), sehingga hal itu dilaporkan kepada pemilik kapal di Cilacap pada Rabu, 13 Maret 2024 dan diteruskan ke Basarnas Cilacap.
"Kami lakukan pencarian hingga 30-40 nautical miles (mil laut) dengan asumsi jika kapal tersebut kembali ke Cilacap, diperkirakan telah memasuki wilayah kami. Namun sampai saat sekarang belum ditemukan," kata Adah.
Bahkan, kata dia, upaya pencarian kapal tersebut melibatkan Basarnas Yogyakarta yang turut mengerahkan potensi SAR setempat serta dibantu Basarnas Surabaya yang memantau wilayah perairan selatan Jawa Timur dengan mengecek setiap dermaga yang biasa digunakan sebagai tempat berlindung kapal ketika terjadi cuaca buruk.
Menurut dia, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Joint Rescue Coordination Centre (JRCC) Australia terkait dengan musibah yang dialami kapal Kilat Maju Jaya-7 tersebut.
Disinggung mengenai kemungkinan upaya pencarian kapal nelayan tersebut akan segera diakhiri, dia mengatakan pihaknya masih mempertimbangkan hal itu meskipun sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP), operasi pencarian dilakukan selama 7 hari dan dapat diperpanjangkan jika ada tanda-tanda yang menunjukkan keberadaan korban.
"Namun sampai hari ini belum ada tanda-tanda keberadaan kapal tersebut. Kami akan lakukan pemantauan," katanya.