INFO NASIONAL – Artificial intelligence (AI) yang berkembang pesat menuntut generasi muda untuk terus beradaptasi dan berkreasi karena berdampak signifikan terhadap proses produksi, bisnis dan dunia kerja. Perkembangan AI mengubah mekanisme dalam proses produksi, rantai pasok, bisnis, perdagangan hingga kebutuhan dunia kerja pada kompetensi atau keterampilan pekerja.
Menurut Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, sudah muncul asumsi kesenjangan antara keterampilan pekerja dan kebutuhan dunia kerja di masa depan. Perkiraan tentang kesenjangan keterampilan ini ada pada riset The Future of Jobs Report 2023.
“Laporan itu memprediksi big data menempati peringkat teratas pada jenis teknologi digital yang bisa menciptakan lapangan kerja. Hasil survei juga mengindikasikan sektor bisnis melihat bahwa pekerjaan baru yang berkait dengan big data akan terus bertumbuh,” kata Bamsoet.
Pertumbuhan itu akan ditandai dengan permintaan akan spesialis big data, keahlian pengelola data, spesialis analis data, tenaga spesialis pembelajaran mesin kecerdasan buatan, hingga tenaga profesional untuk keamanan siber. Pertumbuhannya diperkirakan rata-rata 30 persen pada 2027.
Bamsoet menilai, e-commerce akan menjadi sumber keuntungan yang potensial. Diperkirakan akan ada dua juta pekerjaan baru yang dibutuhkan, meliputi spesialis e-commerce, spesialis transformasi digital, serta spesialis pemasaran dan strategi digital.
Menurutnya, kecenderungan yang sama akan terjadi pada sektor lain, seperti penawaran dan permintaan layanan kesehatan, transportasi publik hingga layanan publik yang bersumber dari regulator negara atau pemerintah.
Meskipun banyak yang sudah tidak asing dengan pengunaan AI, pengenalan dan pemahaman AI hendaknya terus dilakukan. Bamsoet berpesan, generasi muda hendaknya memahami peran signifikan AI terhadap dunia kerja.
“Pesan utama kepada orang muda adalah segeralah bertransformasi. Jika tidak segera beradaptasi dengan progres AI, transformasi akan menjadi sulit dan orang muda tidak mudah untuk masuk dunia kerja di masa depan,” ujarnya.
Menurutnya, negara hendaknya segera memfasilitasi generasi muda untuk lebih mendalami pemahaman akan teknologi kecerdasan guna menghindari kesenjangan antara kebutuhan dengan keterampilan kerja di masa depan.
“Negara harus lebih agresif dalam investasi bagi pembangunan manusia, khususnya orang muda. Negara juga harus mengambil inisiatif untuk berkolaborasi dengan semua institusi pendidikan bagi keperluan literasi digital, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi,” kata Bamsoet.
Bamsoet menilai, perlu ada intervensi dan investasi negara dalam proses menyongsong bonus demografi menuju Indonesia Emas 2045. Visi Indonesia Emas 2045 fokus pembangunan nasional pada empat pilar yakni pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, serta pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan.(*)