TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia atau FSGI Retno Listyarti menyinggung teori Shang Yang saat merespons program makan siang gratis. Apa maksudnya?
Menyitir dari Tempo, Retno mendorong pemerintahan yang baru nanti melakukan kajian akademik untuk program makan siang gratis. Kajian akademik ini, katanya, untuk memetakan sekolah mana di suatu daerah yang memang peserta didiknya membutuhkan program makan siang gratis.
"Misalnya di daerah tertinggal. Namun dengan catatan, anggarannya tidak menggunakan dana bantuan operasional sekolah atau BOS. Baik BOS reguler, BOS kinerja/prestasi maupun BOS Afirmasi," kata Retno, Ahad kemarin, 3 Febuari 2024.
Retno mengatakan, FSGI mendorong pemerintahan yang baru melaksanakan amanat konstitusi, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, lanjut Retno, FSGI mendorong pemerintah sungguh-sungguh membangun pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan.
Singgung teori Shang Yang
"Jangan sampai negara justru terkesan hendak menggunakan teori Shang Yang tentang tujuan utama dari negara adalah satu pemerintahan yang berkuasa penuh terhadap rakyat dengan jalan melemahkan dan membodohkan rakyat," kata dia.
Teori ini, kata Retno, didasarkan atas pendapat bahwa menurut Lord Shang pada setiap negara selalu terdapat dua subjek yang saling berhadapan dan saling bertentangan, yaitu pemerintah dan rakyat.
"Artinya kalau rakyat yang kuat, kaya dan pintar, maka negara akan lemah, sedangkan sebaliknya bila rakyat lemah, bodoh dan miskin, negara akan kuat," kata dia.
Dilansir dari laman Britannica, Shang Yang merupakan negarawan dan pemikir Cina yang berhasil melakukan reorganisasi negara Qin. Shang disebut membuka jalan bagi penyatuan kekaisaran Cina oleh Dinasti Qin pada 221-207 SM.
Shang merumuskan tujuan negara sebagai kekuasaan untuk kekuasaan. Artinya, negara kekuasaan menjadi pusat segala kekuasaan.
Shang mempercayai bahwa keutuhan negara dapat dicapai dengan menyiapkan tentara yang kuat, disiplin, serta tersedia lumbung yang penuh untuk menghadapi segala kemungkinan.
Shang juga menjelaskan bahwa dalam tiap negara, ada dua subjek yang selalu berhadapan dan bertentangan, yakni pemerintah dan rakyat. Jika salah satunya kuat, yang lain harus lemah.
Apabila negara menjadi pihak yang kuat, berarti negara akan aman. Sebaliknya, jika negara lemah, kondisi negara akan kacau dan anarkis.
Kitab “Penguasa Shang” karya Shangjun Shu yang menuangkan gagasan Shang itu disebut-sebut sebagai salah satu karya utama aliran filsafat Legalis Cina yang sangat pragmatis dan otoriter.
Selanjutnya: FSGI dorong pemerintahan baru buka akses luas